Senin, 30 Juli 2012

Pendidikan Karakter



PENDIDIKAN KARAKTER
(Konsep dan Peran Serta dalam Implikasi Penanaman Nilai-Nilai Perwujudan Pendidikan Karakter)

PENDAHULUAN
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini sejalan dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3. Namun kenyataannya, pendidikan yang saat ini dilaksanakan di Indonesia belum mampu membentuk karakter para peserta didiknya sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam undang-undang tersebut. Permasalahan antara moral atau karakter dan pendidikan sudah sering menjadi topik yang diperbincangkan, tetapi sayang solusi-solusi yang telah dicoba selama ini belum dapat menyelesaikan permasalahan ini., Berlatarbelakang masalah inilah gagasan pendidikan karakter muncul sebagai salah satu alternatif dalam memperbaiki mutu sumber daya manusia melalui sistem pendidikan berlandaskan pendidikan karakter.
Gagasan mengenai pendidikan karakter saat ini mulai marak dibicarakan. Tetapi yang masih umum penerapan pendidikan karakter ini masih pada taraf jenjang pendidikan pra sekolah (taman bermain dan taman kanak-kanak). Sementara pada jenjang sekolah dasar dan seterusnya masih sangat jarang sekali. Kurikulum pendidikan di Indonesia masih belum menyentuh aspek karakter ini. Meskipun ada pelajaran pancasila dan kewarganegaraan, tapi itu masih sebatas teori dan tidak dalam tataran aplikatif. Padahal jika Indonesia ingin memperbaiki mutu sumber daya manusia dan segera bangkit dari ketinggalannya, maka Indonesia harus merombak sistem pendidikan yang ada saat ini.
Pendidikan karakter menjanjikan terbentuknya karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi secara baik saat mereka melangkah di kehidupan bermasyarakat nanti. Gagasan pendidikan karakter menjadi satu solusi terbaik saat ini yang dapat diupayakan oleh pemerintah. Namun gagasan ini tidak akan dapat terealisasikan dengan baik apabila tidak ada sinergi yang baik antar semua pihak yang terlibat. Penentuan berhasil atau tidaknya penerapan dan kebermanfaatan pendidikan karakter ini bergatung pada seberapa jauh peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan mampu membangun karakter pribadi mereka sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam pilar keutamaan pendidikan karakter di negara Indonesia sebagai negara Pancasila.

PEMBAHASAN

A.    Makna dan Konsep Pendidikan Karakter
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. 
Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Konsep pendidukan karakter menujung 12 pilar-pilar keutamaan Pendidikan Karakter, yaitu meliputi:
1.      Penghargaan terhadap tubuh
Penghargaan terhadap tubuh merupakan keutamaan fundamental yang perlu dikembangkan dalam diri setiap orang. Penghargaan terhadap tubuh termasuk di dalamnya kesediaan dan kemampuan individu menjaga dan merawat kesehatan jasmani tiap individu. Kesehatan jasmani merupakan salah satu bagian penting bagi pembentukan keutamaan. Pendidikan karakter mesti memprioritaskan tentang bagaimana individu dapat menjaga tubuhnya satu sama lain, tidak merusaknya, melainkan membuat keberadaan tubuh tumbuh sehat sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan kodratnya. Penghargaan terhadap tubuh merupakan ekspresi diri individu untuk menjadi perawat dan pelindung satu sama lain. Individu mesti menumbuhkan dalam dirinya sendiri keinginan untuk merawat tubuh diri dan orang lain, termasuk pertumbuhan psikologis dan emosionalnya.
2.      Transendental
Pengembangan keutamaan transendental, baik itu yang sifatnya religius, keagamaan, maupun yang sublim, seperti kepekaan seni, apresiasi karya-karya manusia yang membangkitkan refleksi serta kemampuan untuk memahami kebesaran yang Illahi merupakan dasar bagi pengembangan pembentukan karakter. Setiap individu dianugerahi kepekaan akan sesuatu yang lembut, halus, yang bekerja secara rohani mendampingi manusia, kepekaan akan sesuatu yang adikodrati. Kepekaan akan yang Kudus, yang transenden, yang baik, yang indah, baik itu dalam diri manusia maupun di alam, merupakan salah satu sarana untuk membentuk individu menjadi pribadi berkeutamaan.
3.      Keunggulan akademik
Keunggulan akademik adalah tujuan dasar sebuah lembaga pendidikan. Keunggulan akademik berbeda dengan sekedar lulus ujian. Keunggulan akademik mencakup di dalamnya, cinta akan ilmu, kemampuan berpikir kritis, teguh pada pendirian, serta mau mengubah pendirian itu setelah memiliki pertimbangan dan argumentasi yang matang, memiliki keterbukaan akan pemikiran orang lain, berani terus menerus melakukan evaluasi dan kritik diri, terampil mengomunikasikan gagasan, pemikiran, melalui bahasa yang berlaku dalam ruang lingkup dunia akademik, mengembangkan rasa kepenasaranan intelektual yang menjadi kunci serta pintu pembuka bagi hadirnya ilmu pengetahuan. Dari kecintaan akan ilmu inilah akan tumbuh inovasi, kreasi dan pembaharuan dalam bidang keilmuan.
4.      Penguasaan diri
Penguasaan diri merupakan kemampuan individu untuk menguasai emosi dan perasaannya, serta mau menundukkan seluruh dorongan emosi itu pada tujuan yang benar selaras dengan panduan akal budi. Penguasaan diri termasuk di dalamnya kesediaan mengolah emosi dan perasaan, mau menempatkan kecondongan rasa perasaan sesuai dengan konteks dan tujuan yang tepat sebagaimana akal budi membimbingnya. Penguasaan diri termasuk di dalamnya kemampuan individu dalam menempatkan diri, bertindak dan berkata-kata secara bijak dalam ruang dan waktu yang tertentu.
5.      Keberanian
Keberanian merupakan keutamaan yang memungkinkan individu mampu melakukan sesuatu dan merelisasikan apa yang dicita-citakannya. Keberanian termasuk di dalamnya kesediaan untuk berkorban demi nilai-nilai yang menjadi prinsip hidupnya, tahan banting, gigih, kerja keras, karena individu tersebut memiliki cita-cita luhur yang ingin dicapai dalam hidupnya. Keberanian merupakan dorongan yang memungkinkan individu mewujudnyatakan dan merealisasikan impiannya.
6.      Cinta kebenaran
Cinta akan kebenaran merupakan dasar pembentukan karakter yang baik, bukan sekedar sebagai seorang pembelajar, melainkan juga sebagai manusia. Manusia merindukan kebenaran dan dengan akal budinya manusia berusaha mencari, menemukan dan melaksanakan apa yang diyakini sebagai kebenaran. Prinsip berpegang teguh pada kebenaran mesti diterapkan bagi praksis individu maupun dalam kehidupan bersama. Cinta akan kebenaran yang sejati memungkinkan seseorang itu berani mengorbankan dirinya sendiri demi kebenaran yang diyakininya. Sebab, keteguhan nilai-nilai akan kebenaran inilah yang menentukan identitas manusia sebagai pribadi berkarakter.
7.      Terampil
Memiliki berbagai macam kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan, bagi perkembangan individu maupun dalam kerangka pengembangan profesional menjadi syarat utama pengembangan pendidikan karakter yang utuh. Memiliki kemampuan dasar berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, kompeten dalam bidang yang digeluti merupakan dasar bagi keberhasilan hidup di dalam masyarakat. Melalui kompetensinya ini seorang individu mampu mengubah dunia.
8.      Demokratis
Masyarakat global hidup dalam kebersamaan dengan orang lain. Ada kebutuhan untuk saling membutuhkan, bahu membahu satu sama lain. Masyarakat tidak dapat hidup secara tertutup sebab keterhubungan satu sama lain itu merupakan kondisi faktual manusia. Karena itu, setiap individu mesti belajar bagaimana hidup bersama, mengatur tatanan kehidupan secara bersama, sehingga inspirasi dan aspirasi individu dapat tercapai. Demokrasi mengandaikan bahwa individu memiliki otonomi dalam kebersamaan untuk mengatur kehidupannya sehingga individu dapat bertumbuh sehat dalam kebersamaan. Demokrasi termasuk di dalamnya pengembangan dan penumbuhan semangat kebangsaan.
9.      Menghargai perbedaan
Perbedaan adalah kodrat manusia. Menghargai perbedaan merupakan sikap fundamental yang mesti ditumbuhkan dalam diri individu. Terlebih dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, menghargai perbedaan mesti ditumbuhkan dalam diri tiap individu, karena negara kita ini berdiri karena para pendiri bangsa ini menghargai perbedaan, dan dalam perbedaan itu mereka ingin mempersatukan kekuatan dan tenaga dalam membangun bangsa.
10.  Tanggung jawab
Tanggungjawab merupakan unsur penting bagi pengembangan pendidikan karakter karena terkait dengan ekspresi kebebasan manusia terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Tanggung jawab ini memiliki tiga dimensi, yaitu tanggungjawab kepada (relasi antara individu dengan orang lain), tanggungjawab bagi (hubungan individu dengan dirinya sendiri), serta tanggungjawab terhadap (hubungan individu terkait dengan tugas dan tanggungjawabnya di dalam masyarakat).
11.  Keadilan
Bersikap adil, serta mau memperjuangkan keadilan adalah sikap dasar pribadi yang memiliki karakter. Keadilan penting untuk diperjuangkan karena manusia memiliki kecenderungan untuk antisosial. Untuk itulah diperlukan komitmen bersama agar masing-masing individu dihargai. Dalam konteks hidup bersama, keadilan menjadi jiwa bagi sebuah tatanan masyarakat yang sehat, manusiawi dan bermartabat. Tanpa keadilan, banyak hak-hak orang lain dilanggar.
12.  Integritas moral
Integritas moral merupakan sasaran utama pembentukan individu dalam pendidikan karakter. Integritas moral inilah yang menjadikan masing-masing individu dalam masyarakat yang plural mampu bekerjasama memperjuangkan dan merealisasikan apa yang baik, yang luhur, adil dan bermartabat bagi manusia, apapun perbedaan keyakinan yang mereka miliki. Integritas moral memberikan penghargaan utama terhadap kehidupan, harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan yang bernilai dan berharga apapun keadaan dan kondisinya. Kehadiran individu yang memiliki integritas moral menjadi dasar bagi konstruksi sebuah tatanan masyarakat beradab. Integritas moral muncul jika individu mampu mengambil keputusan melalui proses pertimbangan rasional yang benar, dan melaksanakannya dalam tindakan secara bijak, sesuai dengan konteks ruang dan waktu tertentu. Integritas moral termasuk di dalamnya kemampuan individu untuk membuat kebijakan praktis yang bermakna bagi hidupnya sendiri dan orang lain.
      Lickona, 1998: 53 (dalam Darmiyati, 2011:143-144) menyebutkan adanya 11 prnsip yang efektif dalam menanamkan nilai-nilai, yaitu sbb:
1.      Memromosikan nilai-nilai prioritas atau inti (seperti sifat peduli, jujur, tulus, menghargai diri sendiri dan orang lain) dan mendukung implementasi nilai-nilai tersebut sebagai dasar bagi karakter yang baik.
2.      Mendefinisikan karakter secara komprehensif yang meliputi aspek pemikiran, perasaan, dan perilaku.
3.      Menggunakan pendekatan yang komprehensif, mendalam, dan proaktif terhadap implementasi dan pengembangan karakter.
4.      Menciptakan komunitas sekolah yang peduli
5.      Memberi peluang pada siswa untuk melakukan tindakan moral
6.      Menyusun kurikulum yang bermakna dan menghargai semua siswa, mengembangkan karakter mereka, dan membantunya untuk mencapai keberhasilan
7.      Berusaha keras untuk memelihara motivasi diri para siswa
8.      Melibatkan semua warga  sekolah sebagai komunitas belajar dan moral yang bersama-sama bertanggung jawab terhadap implementasi dan pengembangan karakter, dan berusaha untuk mentaati nilai-nilai prioritas atau inti yang sama yang akan menjadi teladan bagi para siswa
9.      Memelihara kepemimpinan moral secara bersama-sama dan mendukung inisiatif pendidikan karakter
10.  Melibatkan anggota keluarga dan masyarakat sebagai partner dalam usaha mengembangkan karakter
11.  Menekankan karakter sekolah dan menempatkan komponen sekolah berfungsi sebagai guru dan teladan bagu pembentukan karakter, hingga sampai kepada para siswa dalam mewujudkan karakter yang baik.
Jadi, agar penanaman nilai-nilai yang menjadi pilar keutamaan dalam pendidikan karakter dapat tertanam dengan baik, maka perlu untuk melaksanaka sesuai dengan prinsip-prinsip penanaman nilai. Sehingga pelaksanaan daripada konsep dan teori pendidikan karakter dapat terwujud secara nyata di lingkungan/ lembaga pendidikan terkait (sekolah).
B.     Implikasi dan Keterlibatan Sekolah, Komponen Sekolah, dan Orang Tua dalam Pendidikan Karakter
Dalam implikasi pendidikan karakter, sinergi dan peran serta pihak-pihak yang terkait sangat dibutuhkan. Pelaksanaan pendidikan di sekolah harus berkomitmen untuk mengembangkan karakter berdasarkan nilai-nilai yang dimaksud serta mendefinisikannya dalam bentuk perilaku yang dapat diaamati dalam kehidupan sekolah sehari-hari. Yang terpenting adalah, semua komponen sekolah bertanggung jawab terhadap standar perilaku yang konsisten sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi pilar keutamaan dalam pendidikan karakter.
            Lickona, 1991:346 (dalam Darmiyati, 2011:145-148) menyebutkan adanya 6 unsur moral positif yang hendaknya ditanamkan di lingkungan sekolah. Keenam unsur tersebut adalah sbb.
            Pertama, kepala sekolah hendaknya memperkuat kepemimpinan moral akademik dengan cara:
1.      Mengartikulasikan visi dan misi sekolah secara jelas
2.      Memperkenalkan semua warga seklah dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dan strategi pencapaiannya serta penilaian terhadap tujuan-tujuan tersebut
3.      Meminta dukungan dan partisipasi para orang tua/ wali siswa
4.      Memodelkan bilai, norma, dan kebiasaan sekolah melalui interaksi dengan guru, karyawan, siswa dan orang tua.
Kedua, pihak sekolah membuat aturan atau disiplin sekolah yang efektif dengan cara:
1.      Mendefinisikan semua nilai, norma, dan kebiasaan secra jelas dan memperkuatnya
2.      Mengatasi masalah-masalah perilaku siswa dengan cara yang dapat membantu perkembangan moral mereka
3.      Memberi jaminan bahwa nilai, norma, dan kebiasaan yang diterapkan pihak sekolah akan ditegakkan sepenuhnya di lingkungan sekolah dan dengan segera akan menghentikan semua perilaku yang menyimpang.
Ketiga, pihak sekolah menciptakan suasana yang nyaman dengan cara:
1.      Mendorong semua warga sekolah untuk memberikan perhatian dan kepeduliannya antar sesama
2.      Memberi kesempatan pada semua pihak untuk saling mengenal
3.      Menjadikan sebagian besar siswa agar tertarik untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler
4.      Memperkuat kegiatan keolahragaan
5.      Memasang berbagai visualisasi atau pamflet yang akan membantu perkembangan nilai, norma, dan kebiasaan yang positif
6.      Menekankan setiap kelas untuk memberikan sumbangan yang positif dan bermanfaat bagi sekolah
Keempat, pihak sekolah dapat menggunakan organisasi siswa untuk memromosikan terbinanya warga sekolah yang bertanggung jawab dengan cara:
1.      Menjadikan organisasi siswa berperan maksimal dalam partisipasi mereka dan meguatkan interaksi antar kelas-kelas yang ada dengan lembaga kesiswaan
2.      Memberi tanggung jawab pada lembaga kesiswaan untuk dapat mengatasi persoalan-persoalan dan su-isu yang memberikan dampak terhadap kualitas kehidupan sekolah
Kelima, pihak sekolah dapat menciptakan komunitas moral dengan cara:
1.      Menyediakan waktu dan dukungan kepada guru untuk bekerja sama dalam menyusun pembelajaran yang bermuatan karakter
2.      Melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan
Dan yang keenam adalah, pihak sekolah harus menekankan nilai-nilai moral dengan cara melunakkan tekanan-tekanan akademik sehingga para guru tidak mengabaikan perkembangan sosial dan moral para siswa, serta dengan mendrong para guru untuk senantiasa bekerja atas dasar nilai, norma, dan kebiasaan yang positif.


PENUTUP
A.       Kesimpulan
Pendidikan karakter merupakan sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karater terdapat 12 pilar-pilar keutamaan, yaitu penghargaan terhadap tubuh, transendental, keunggulan akademik, penguasaan diri, keberanian, cinta kebenaran, terampil, demokratis, menghargai perbedaan, tanggung jawab, keadilan, dan integritas moral.
Implikasi pendidikan karakter tidak hanya ditujukan bagi peserta didik sebagai subyek didikan, namun bagi seluruh warga sekolah. Sehingga pendidikan karakter merambah pada semua komponen pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan dalam membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis serta bertanggung jawab. Berhasil atau tidaknya pendidikan karakter bergatung pada seberapa jauh peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan mampu membangun karakter pribadi mereka sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam pilar keutamaan pendidikan karakter, sehingga perlu adanya sinergi yang baik antara semua komponen pendidikan serta berbagai pihak yang terkait. 

Tidak ada komentar: