Jumat, 09 Maret 2012

MAKALAH ASESMEN ABK



MAKALAH  PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA
PENDIDIKAN KHUSUS  DI SLB NEGERI 1 YOGYAKARTA

Disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus













   Disusun Oleh:
Nama                  :           Nur  Indah Dilla M
NIM                   :           10103241031
Kelas                  :           A






JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011



KATA PENGANTAR
Assalaamualaikum wr.wb.

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh kaum muslimin dan muslimat yang senantiasa istikomah mengikuti petunjuknya.
Berkat rahmat dan pertolongan Allah SWT, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus, untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun pada khususnya serta pembaca pada umumnya.
Dalam kesempatan ini, tidak lupa pula penyusun mengucapkan terima kasih atas bantuan, dorongan, pengarahan serta dukungannya kepada :
1.      ALLAH SWT.
2.      Bapak selaku dosen pembimbing dan pengampu mata kuliah Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus.
3.      Kepala SLBN 1 Yogyakarta serta segenap dewan guru.
4.      Orang tua.
5.      Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu .

Penyusun menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif. Besar harapan makalah ini dapat manfaat bagi pembaca.

Wassalaamu’alaikum wr.wb.

Yogyakarta, Desember  2011




Penyusun


DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.......................................................................................................1
B.     Tujuan....................................................................................................................2
C.     Tempat dan Waktu ................................................................................................2
D.    Manfaat .................................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI
A.    Pengertian Asesmen................................................................................................3
B.     Pengertian Anak Tunagrahita..................................................................................8
C.     Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan......................................................17
BAB III PEMBAHASAN
A.    Data  Sarana dan Prasarana di SLB N 1 Yogyakarta.............................................26
B.     Data  Prasarana Khusus di SLB N 1 Yogyakarta...................................................31
BAB IV PENUTUP
A.    KESIMPULAN....................................................................................................33
LAMPIRAN






 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam UU No 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembaikan adalah ngkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Setiap orang juga berhak mendapatkan pendidikan yang layak, terlebih lagi bagi anak berkebutuhan khusus. Dengan kondisi mereka yang berbeda dengan anak normal serta memerlukan pelayanan yang khusus, hal ini diperlukan berbagai pertimbangan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Adanya pendidikan khusus diharuskan memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dari anak tersebut. Bagi anak tunagrahita sendiri, dengan kondisi intelektual yang dibawah rata-rata anak usianya, diperlukan pendidikan yang khusus. Anak tunagrahita ini dapat digolongkan menjadi beberapa tingkatan, tunagrahita ringan, sedang dan berat. Anak tunagrahita tidak bisa menyerap pelajaran seperti anak normal, ia memerlukan berbagai metode pembelajaran yang khusus. Sehingga setiap guru atau pendidik juga harus mengetahui potensi- potensi anak dan mengetahui kemampuan anak.
Setiap proses pendidikan, terdapat didalamnya beberapa komponen penunjang pendidikan seperti pendidik, sarana dan prasarana. Sarana prasarana meliputi ruang kelas, ruang asesmen, ruang konsultasi, ruang keterampilan, ruang guru, ruang perpustakaan, dan juga media pembelajaran serta lain sebagainya. Sarana dan prasarana khusus ini diperlukan dalam pembelajaran anak sehari-hari. Guru dan seluruh pihak warga sekolah juga perlu melakukan pengelolaan semua sarana dan prasarana pendidikan ini.



B.     Tujuan
Berikut ini merupakan beberapa tujuan dilakukannya observasi tentang sarana dan prasarana di SLB N 1 Yogyakarta, antara lain:
1.       Memenuhi tugas mata kuliah Asesmen ABK  yang diampu oleh Dr. Haryanto, M.Pd.
2.      Mampu menghimpun informasi tentang Sarana dan Prasarana pendidikan khusus bagi anak tunagrahita.
3.      Menambah pengetahuan mengenai Anak Berkebutuhan Khusus.
4.      Pembaca terutama guru, kepala sekolah, dan pembina pendidikan di lapangan mengetahui apa saja sarana dan prasarana pendidikan khusus bagi anak tunagrahita

C.    Tempat dan Waktu
Tempat            :           SLB Negeri 1 Yogyakarta,  
Jl Bintaran Tengah No. 3 Yogyakarta
Hari/tanggal    :           Sabtu, 10 November 2011
Waktu             :           08.30 – selesai

D.    Manfaat
Berikut beberapa manfaat dilakukannya observasi tentang Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus bagi anak tunagrahita, yaitu:
1.      Bagi penulis, mengetahui bahwa sarana dan prasarana pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus berbeda dengan sarana dan prasarana pendidikan bagi anak normal.
2.      Bagi pembaca, menambah pengetahuan tentang apa saja saran prasarana dalam pendidikan anak tunagrahita
3.      Bagi pendidik, untuk mengetahui apa saja sarana dan prasarana dalam pendidikan khusus, apa fungsinya, serta megetahui bagaimana pengelolaan sarana dan prasarana tersebut


BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Pengertian Asesmen
Pengertian asesmen dalam kerangka pendidikan berkebutuhan khusus, dimaksudkan sebagai usaha untuk memperoleh informasi yang relevan guna membantu seseorang dalam membuat keputusan. Asesmen menurut kamus Inggris-Indonesia (John M Echols, Hassan Sadly, 1984:41)artinya penilaian terhadap suatu keaadaan, penilaian dalam konteks ini adalah evaluasi terhadap kondisi atau keadaan anak-anak berkebutuhan khusus, jadi bukan penilaian terhadap hasil suatu aktivitas atau kegiatanpembelajaran di sekolah. Wallace, G & Larsen (1978:7) menegaskan pula, bahwa asesmen merupakan proses pengumpulan informasi pembelajaran yang relevan. Asesmen merupakan aktivitas yang amat penting dalam proses pembelajaran disekolah., untuk itu pelaksanaannya harus dilakukan secara obyektif dan konprehensif  terhadap kondisi dan kebutuhan anak.
Hasil yang diperoleh dari asesmen pendidikan akan bermanfaat bagi guru sebagai peduandalam dua hal pokok, yaitu: merencanakan program dan implementasi program pembelajaran. Untuk itu dalam upaya perencanaan tujuan dan penentuan sasaran pembelajaran dan strategi pembelajaran yang tepat, dalamasesmen pendidikan anak berkebutuhan khusus sangat diperlukan adanya pengumpulan informasi yang relevan dan komprehensif. Data atau informasi yang diperoleh dalam asesmen ini umumnya berkenaan dengan tahap pembelajaran, kelemahan dan kecakapanserta hal-hal yang berkaitan dengan perilaku seorang siswa.
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai terkait pelaksanaan asesmen di sekolah, khususnya bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Terkait dengan waktunya Mohammad Yamin (1995:25) menjelas adanya lima tujuan dilaksanakannya asesmen anak berkebutuhan khusus, yaitu:
1.      Menyaring kemampuan anak , yaitu untuk mengetahui kemampuan anak pada setiap aspek, misalnya bagaimana kemampuan bahasa, kognitif, kemampuan gerak atau penyesuaian diri.
2.      Pengklasifikasian, penempatan, dan penentuan program.
3.      Penentuan arah dan tujuan pendidikan , ini terkait dengan berat ringannya kelainan yang disandang seorang anak , yang berdampak pada perbedaan tujuan pendidikannya.
4.      Pengembangan program pendidikan individual yang seringdikenal sebagai individualized educational program, yaitu suatu proses pendidikan yang dirancang khusus secara individual untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
5.      Penentuan strategi, lingkungan belajar dan evaluasi pembelajaran.
Terdapat beberapa tehnik atau metode yang dapat dilakukan dalam upaya pelaksanaan asesmen untuk anak-anak bekebutuhan khususdi sekolah (dasar). Beberapa diantaranya dapat dijelaskan disini adalah melalui:
1.      Skala Penilaian merupakan alat asesmen non tes. Disebut non tes karena tidak ada jawaban yang benar dan salah. Kelamahan skala penilaian adalah mudah bias. Hal ini terjadi karena kaena penilaian yang salah. Kelebihan skala penilaian adalah lebih cepat pelaksanaannya, mudah digunakan dibanding alat asesmen lainnya (observasi, wawancara, tes objekif). (Kerlinger dalam Hargrove & Poteet, 1984)
2.      Wawancara atauinterview untuk memperoleh informasi dengan sasaran utama orangtua, keluarga, guru di sekolah ataupun teman sepermainan. Wawancara merupakan percakapanyang bertujuan (Sunberg, dalam Hargrove & Poteet, 1984). Wancara mudah dipergunakan untuk anak-anak. Hal ini dikarenakan wawancara bersifat flesibel dan luwes. Kelebihan wawancara adalah memungkinkan melacak jawaban atau mendapatkan jawaban lebih lanjut.hal yang perlu diingat dalam wawancara adalah proses komunikasi. Di dalam proses komunikasi terjadi saling menerima dan meresponsatu sama lain.
3.    Observasi, merupakan pengamatan yang dilakukan secara seksama terhadap aktivitas belajar siswa. Observasi merupekan teknik asesmen yan paling tinggi.
4. Tes formal, sesungguhnya merupakan suatu bentuk tes yang telah distandarkan , yang memiliki acuan norma ataupun acuan patokan dengan tolok ukur yang telah ditetapakan. Tes demikian umumnya dikembangkan secara global, oleh para ahli dibidangnya. Dalam konteks asesman pendidikan anak bekebutuhan khusus, sesungguhnya kurang cocok untuk dilakukan, jika dilihat dari tujuannya yang sangat spesifik, dan mencakup persoalan-persoalan pendidikan yang unik, yang dihadapi siswa berkebutuhan khusus secara individual.
5.  Tes informal, suatu jenis tes yang sangat bermanfaat dan sangat sesuai untuk memperolehinformasi tentang berberbagai hal yang berkenaan dengan kompetensi dan kemajuan belajar anak berkebutuhan khusus. Tes informal umumnya dipersiapkan dan disusun sendiri oleh guru serta digunakan secara intensif untuk mengetahui kompetensi-kompetensi khusus anak. Dalam kaitannya dengan asesmen, ada beberapa bentuk yang sering digunakan , yaitu checklist, tes buatan sendiri ataupun berupa cloze.
6.Penilaian klinis (clinical judgement) merupakan penilaian berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan data diagnose. Penilaian klinis merupakan penilaian yang benar dipahami bukan merupakan pikiran yang sembrono (asal-asalan).
B.     Pengertian Anak Tunagrahita
a.      Pengertian Tunagrahita
Pengertian Tunagrahita menurut American Asociation on Mental Deficiency/AAMD dalam B3PTKSM sebagai berikut, anak tuagrahita yang meliputi anak yang memiliki fungsi intelektual umum di bawah rata-rata, yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes, yang muncul sebelum usia 16 tahun, yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif. Sedangkan pengertian Tunagrahita menurut Japan League for Mentally Retarded sebagai berikut: Fungsi intelektual yang lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes inteligensi yang baku. Kekurangan dalam perilaku adaptif, dan terjadi pada masa perkembangan antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun. 
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Tunagrahita sering disepadankan dengan istilah-istilah seperti mental retardation, mentally retarded, mental deficiency, nmental defective, cacat mental, gangguan intelektual, dan lainnya.
b.      Karakteristik anak Tunagrahita
Ada beberapa karakteristik umum tunagrahita, antara lain:
1.      Keterbatasan Inteligensi
Inteligensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilan-keterampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah dan situasi baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berpikir abstrak, kreatif sapat menilai secara kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan-kesulitan, dan kemampuan untuk merancanakan masa depan.  Anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam semua hal tersebut. Kapasitas belajar anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti belajar dan berhitung, menulis dan membaca juga terbatas. Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo.
2.      Keterbatasan Sosial
Disamping memiliki keterbatasan inteligensi, anak tunagrahita juga memiliki kesuliatan dalam mengurus diri sendri dalam masyarakat, oleh karena itu mereka memerlukan bantuan.  Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga mudah dipengaruhi dan cenderung melakukan  sesuatu tanpa memikirkan akibatnya.
3.      Keterbatasann Fungsi-fungsi mental lainnya
Anak tunagrahita memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti ha-hal yang rutin dan secara konsisten yang dialaminya dari hari ke hari. Anak tunagrahita tidak dapat menghadapi sesuatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu yang lama.
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penggunaan bahasa. Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi, akan tetapi pusat engolahan (perbendaharaan kata) yang kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Karena alasan itu mereka membutuhkan kata-kata konkret yang sering didengarnya. Selain itu perbedaan dan persamaan harus ditujukan secara berulang-ulang. Latihan-latihan sederhana seperti mengajarkan konsep besar dan kecil, keras dan lemah, pertama, kedua dan terakhir perlu menggunakan pendekatan yang konkret.
Selain itu, anak tunagrahita kurang mampu untuk mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara yang baik dengan yang buruk, dan membedakan yang benar dan yang salah. Ini semua karena kemampuannya terbatas sehingga anak tunagrahita tidak dapat membayangkan terlebih dahulu konsekuensi dari suatu perbuatan.
c.       Klasifikasi Tunagrahita
Pengelompokkan tunagrahita pada umumnya didasarkan pada taraf inteligensinya, yang terdiri dari keterbelakangan ringan, sedang dan berat. Pengelompokkan seperti ini bersifat artificial karena ketiganya tidak dibatasi oleh garis demarkasi yang tajam. Gradasi dari satu level ke level berikutnya bersifat kontinuum. Kemampuan inteligensi anak tunagrahita kebanyakan diukur dengan tes Stanford Binet dan skala Weshcler (WISC).  Pengelompokkan tunagrahita itu sendiri anatara lain:
1.      Tunagrahita Ringan
Tunagrahita ringan disebut juga dengan moron atau debil. Kelompk ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan menurut skala Weshcler (WISC) memiliki IQ antara 69-55. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik, anak yang tergolong tunagrahita ringan ini masih dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri.
2.      Tunagrahita Sedang
Anak tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Kelompok in memiliki IQ 51-36 pada skala Binet dan 54-40 menurut skala Weshcler (WISC). Anak terbelakang mental sedang dapat mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya seperti menghindari kebakaran, berjalan d jalan raya, berlindung dari hujan, dan sebagainya.
3.      Tunagrahita Berat
Kelompok anak tunagrahita berat sering disebut idiot. Kelompok ini dapat dibedakan lagi antara anak tunagrahita berat dan sangat berat. Tunagrahita berat (severe) memiliki IQ antara 32-20 menurut skala Binet dan antara 39-25 menurut skala Weshcler (WISC). Tunagrahita sangat berat (profound) memiliki IQ dibawah 19 menurut skala Binet dan IQ di bawah 24 menurut skala Weshler (WISC). Kemampuan mental atau MA maksimal yang dapat dicapai kurang dari tiga tahun.
d.      Perkembangan Tunagrahita
v  Perkembangan Fisik
Perkembangan jasmani dan motorik anak tunagrahita tidak secepat perkembangan anak normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesegaran jasmani anak tunagrahita memiliki MA 2 tahun sampai dengan 12 tahun ada dalam kategori kurang sekali. Dengan demikian tingkat kesegaran jasmani anak tunagrahita setingkat lebih rendah dibandingkan dengan anak normal pada umur yang sama.
Mempelajari bentuk-bentuk gerak fungsional merupakan dasar bagi semua keterampilan gerak yang lain. Keterampilan gerak fungsional memberikan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan untuk socio-leisure, daily living, dan vocational tasks, keterampilan gerak fundamental sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup anak tunagrahita. Anak normal dapat belajar keterampilan gerak-gerak fundamental secara instingtif pada saat bermain, sementara anak tunagrahita perlu dilatih secara khusus. Karena itu, penting bagi guru untuk memprogramkan latihan-latihan gerak fundamental dalam pendidikan anak tunagrahita
v  Perkembangan Kognitif
Suppes (1974) menjelaskan bahwa kognidi merupakan bidang yang luas yang meliputi semua keterampilan akademik yang berhubungan dengan wilayah persepsi. Messen, Conger, dan Kagan (1974) menjelaskan bahwa kognisi paling sedikit terdiri dari lima proses, yaitu: persepsi, memori, pemunculan ide-ide, evaluasi dan penalaran.
Dalam hal ketepatan belajar, anak tunagrahita jauh ketinggalan oleh anak normal. Untuk mencapai kriteria-kriteria yang dicapai oleh anak normal, anak tunagrahita lebih banyak memerlukan ulangantentang bahan tersebut. Dalam kaitannya dengan makna pelajaran, ternyata anak tunagrahita dapat mencapai prestasi lebih baik dalam tugas-tugas diskriminasi jika mereka melakukannya dengan pengertian.
Berkenaan dengan memori, anak tunagrahita berbeda dengan anak normal pada short term memory. Anak tuagrahita tampaknya tidak berbeda dengan anak normal dalam long term memory, daya ingatnya sama dengan anak normal. Akan tetapi bukti-bukti menunjukkan anak tunagrahita berbeda dengan anak normal dalam hal mengingat yang segera (immediate memory).
v  Perkembangan Bahasa
Bahasa didefinisikan oleh Myklebust (1955) sebagai perilaku simbolik mencakup kemampuan mengikhtisarkan, mengaitkan kata-kata dengan arti, dan menggunakannya sebagai simbol untuk berpikir dan mengekspresikan ide, maksud dan perasaan. Secara umum perkembangan bahasa digambarkan meliputi lima tahap perkembangan antara lain:
a.       Inner language
Inner language adalah aspek berkembang yang pertama kali berkembang saat usia 6 bulan. Karakteristik pada tahap ini yaitu munculnya konsep-konsep sederhana, tahap berikutnya adalah anak dapat memahami hubungan-hubungan yang lebih kompleks dan dapat bermain dengan mainan dalam situasi yang bermakna. Contohnya menyusun perabot didalam rumah-rumahan.
b.      Receptive language
Receptive language berkembang pada usia 8 bulan mulai mengerti sedikit-sedikit apa yang dikatakan orang lain kepadanya. Anak mulai merespon apabila namanya dipanggil dan mulai sedikit mengerti perintah. Menjelang usia 4 tahun, anak lebih menguasai kemahiran mendengar dan setelah itu proses penerimaan memberikan perluasan kepada sistem bahasa verbal. Terdapat hubungan timbal balik antara inter language dengan receptive language.
c.       Expressive language
Aspek terakhir perkembangan bahasa adalah bahasa ekspresif yang berkembang setelah pemantapan pemahaman. Bahasa ekspresif muncul pada usia kira-kira satu tahun. Perkembangan bahasa erat kaitannya dengan perkembangan kognisi, keduanya memiliki hubungan timbal balik. Perkembangan kognisi anak tunagrahita mengalami hambatan, karenanya perkembangan bahasanya juga akan terhambat.
Anak tunagrahita pada umumnya tidak bisa menggunakan kalimat majemuk, dalam percakapan sehari-hari banyak menggunakan kalimat tunggal. Ketika anak tunagrahita dibandingkan dengan anak normal, anak tunagrahita pada umumnya mengalami gangguan artikulasi, kualitas suara, dan ritme. Selain itu anak tunagrahita mengalami kelambatan dalam perkembangan bicara.
Perkembangan vocabulary anak tunagrahita telah diteliti secara luas. Hasilnya menunjukkan bahwa anak tunagrahita lebih lambat daripada anak normal (kata per menit), lebih banyak menggunakan kata-kata positif, lebih sering menggunakan kata-kata yang umum, hampir tidak pernah menggunakan kata-kata yang bersifat khusus, tidak pernah menggunakan kata ganti, lebih sering menggunakan kata-kata bentuk tunggal, dan anak tunagrahit dapat menggunakan kata-kata yang bervariasi.
v  Perkembangan Emosi, Penyesuaian Sosial, Dan Kepribadian
Perkembangan dorongan dan emosi berkaitan dengan derajat ketunagrahitaan seseorang anak. Anak tunagrahita berarti tidak dapat menunjukkan dorongan pemeliharaan dirinya sendiri. Mereka tidak bisa menunjukkan rasa lapar atau haus dan tidak bisa menghindar dari bahaya. Pada anak tunagrahita sedang, dorongan berkembang lebih baik, tetapi kehidupan emosinya terbatas pada emosi-emosi sederhana.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Mc Iver dengan menggunakan Children’s Personality Questionare ternyata anak tunagrahita mempunyai beberapa kekurangan. Anak tunagrahita pria memiliki kekurangan berupa tidak matangnya emosi, depresi, bersikap dingin, menyendiri, tidak dapat dipercaya, impulsif, lancang, dan merusak. Anak tunagrahita wanita mudah dipenngaruhi, kurang tabah, ceroboh, kurang dapat menahan diri, dan cenderung melanggar ketentuan.
e.       Dampak Ketunagrahitaan
Orang yang paling banyak menanggung beban akibat ketunagrahitaan adalah orang tua dan keluarga anak tersebut. Oleh sebab itu, dikatakan bahwa penanganan anak tunagrahita merupakan resiko psikiatri keluarga. Perasaan dan tingkah laku orang tua itu berbeda-beda dan dapat dibagi menjadi :
v  Perasaan melindungi anak secara berlebihan
v  Ada perasaan bersalah melahirkan anak berkelainan
v  Kehilangan kepercayaan akan mempunyai anak normal
v  Terkejut dan kehilangan kepercayaan diri, kemudian berkonsultasi untuk mendapat berita-berita yang lebih baik
v  Orang tua merasa berdosa melahirkan anak yang berkelainan
v  Mereka bingung dan malu, yang mengakibatkan orang tua kurang suka bergaul dengan tetangga dan lebih suka menyendiri.
f.       Pelayanan Pendidikan
Anak tuangrahita dan beberapa anak berkebutuhan khusus lainnya juga memerlukan layanan pendidikan demi kehidupan mereka di masa depan. Bagi anak tunagrahita, mereka dapat bersekolah di SLB C yang khusus diperuntukkan bagi mereka. Namun, banyak dari Sekolah Luar Biasa yang hanya menyediakan pelayanan pendidikan bagi anak tunagrahita ringan dan sedang. Karena kemampuan inteligensinya terbatas, maka program pendidikan di sekolah anak mampu didik harus dititik beratkan pada pendidikan keterampilan dan penyesuian sikap sosial. Selain dapat mengenyam pendidikan di Sekolah Luar Biasa, anak tunagrahita dapat masuk di sekolah inklusi bersama anak normal lainnya. Kelebihan dari sekolah inklusi adalah mampunya anak berinteraksi dengan anak normal, dan anak dengan ketunaan lainnya. Sehingga, kemampuan sosialnya lebih baik dibanding anak yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa.

C.    Sarana dan Prasarana penunjang Pendidikan dalam Pendidikan Khusus
1.      Sarana dan Prasarana Umum
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif tidak berbeda dengan sarana dan parasarana yang dibutuhkan di sekolah regular pada umumnya, yaitu:
1.     Ruang kelas beserta perlengkapannya (perabot dan peralatan)
2.     Ruang praktikum (laboratorium) beserta perangkatnya (perabot dan peralatan)
3.     Ruang perpustakaan beserta perangkatnya (perabot dan peralatan)
4.     Ruang serbaguna beserta perlengkapannya (perabot dan peralatan)
5.     Ruang BP/BK beserta perlengkapannya (perabot dan peralatan)
6.     Ruang UKS berta perangkatnya (perabot dan peralatan)
7.     Ruang kepala sekolah, guru, dan tata usaha, beserta perlengkapannya (perabot dan peralatan)
8.     Lapangan olahraga, beserta peralatannya (perabot dan peralatan)
9.     Toilet
10. Ruang ibadah, beserta perangkatnya (perabot dan peralatan)
11. Ruang kantin
12. Ruang sumber (tempat alat bantu belajar anak berkebutuhan khusus)



2.      Sarana Khusus untuk ABK (Anak Tunagrahita)
            Penentuan sarana khusus untuk setiap jenis kelainan didasarkan pada skala prioritas artinya mengacu pada kondisi dan kebutuhan peserta didik.        
a.       Alat asesmen
Bervariasinya tingkat intelegensi dan kognitif anak tunagrahita, menuntut adanya pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya.   Asesmen pada anak tunagrahita dilakukan untuk mengukur tingkat intelegensi dan kognitif, baik secara individual maupun kelompok. Alat untuk asesmen anak tunagrahita dapat digunakan seperti berikut ini:
1)         Tes Intelegensi WISC-R (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang model WISC-R)
2)         Tes Intelegensi Stanford Binet (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang model  Stanford Binet)
3)         Cognitive Ability test (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat pengetahuan yang dikuasai)

b.      Latihan Sensori Visual
Tingkat kecerdasan anak tunagrahita bervariasi dari yang ringan sampai yang berat. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk berpikir abstrak dan mengalami kesulitan dalam membedakan warna dan mengenali bentuk. Untuk membantu sensori visual anak tunagrahita dapat menggunakan alat sebagai berikut:
1)           Gradasi Kubus  (bentuk-bentuk kubus dengan ukuran yang bervariasi untuk melatih kemampuan/pemahaman volume kubus)
2)           Gradasi Balok 1 (bentuk-bentuk balok dengan ukuran yang bervariasi satu warna)
3)           Gradasi Balok 2 (bentuk-bentuk balok dengan ukuran yang bervariasi berbagai warna)
4)           Silinder 1 (bentuk-bentuk silinder untuk melatih motorik mata-tangan untuk usia dini)
5)           Silinder 2 (bentuk-bentuk silinder dengan ukuran yang bervariasi )
6)           Silinder 3 (bentuk-bentuk silinder dengan ukuran, warna dan bahan yang bervariasi)
7)           Menara segitiga (susunan bentuk segi tiga dengan ukuran berurut dari kecil sampai besar)
8)           Menara lingkaran (susunan gelang dari diameter kecil sampai besar)
9)           Menara segi empat (susunan bentuk segi empat dengan ukuran berurut dari kecil sampai besar)
10)       Kotak Silinder (tempat menyimpan silinder-silinder alat bantu mengajar/belajar)
11)       Multi sensori (alat untuk melatih sensori seperti pemahaman bentuk, ukuran, warna atau klasifikasi objek dan tekstur)
12)       Puzzle Binatang (puzle bentuk potongan gambar binatang)
13)       Puzzle Konstruksi (puzle bentuk konstruksi/rancang bangun sederhana)
14)       Puzzle Bola (puzle bentuk potongan bola/lingkaran)
15)       Boks Sortir Warna (alat bantu untuk melatih persepsi penglihatan melalui diskriminasi warna)
16)       Geometri Tiga Dimensi (model-model bentuk benda beraturan tiga dimensi)
17)       Papan Geometri (Roden Set) (papan latih bentuk beraturan model Roden)
18)       Kotak Geometri (Box Shape) (kotak berpenutup berlubang sesuai bentuk-bentuk beraturan)
19)       Konsentrasi Mekanis (alat latih konsentrasi gerak mekanik)
20)       Formmenstockbox Mit (bentuk-bentuk dan warna untuk melatih motorik mata-tangan dan konsep ruang)
21)       Formmenstockbox (bentuk-bentuk dan warna untuk melatih motorik mata-tangan dan konsep ruang)
22)       Scheiben-Stepel Puzzle (bentuk-bentuk dan warna untuk melatih motorik pergelangan tangan untuk kesiapan menulis)
23)       Formstec-Stepel Puzzle (bentuk-bentuk dan warna untuk melatih motorik dan konsentrasi)
24)       Fadeldreicke (alat untuk melatih ketajaman penglihatan dan koordinasi mata-tangan)
25)       Schmettering Puzzle (melatih hubungan ruang dan bentuk dalam kesatuan objek)
26)       Puzzle Set (berbagai puzzle untuk mengembangkan kreativitas, konsep rung dan melatih ingatan)
27)       Streckspiel (alat untuk melatih ketajaman penglihatan dalam dimensi warna dan ukuran, menyortir dan mengklasifikasi objel secara seriasi)
28)       Geo-Streckbrett  (alat untuk melatih ketajaman penglihatan dan koordinasi mata-tangan)
29)       Rogenbugentorte (alat untuk melatih kemampuan mendiskrinisasi warna dan motorik halus)

c.  Latihan Sensori Perabaan
        Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk membedakan dan mengenali bentuk. Untuk membantu sensori perabaan anak tunagrahita dapat digunakan alat sebagai berikut:
1.      Keping Raba 1 (keping-keping benda dengan ukuran dan tekstur bervariasi)
2.      Keping Raba 2 (Gradasi Keping) (keping-keping benda dengan ukuran dan tekstur/tingkat kehalusan tinggi)
3.      Keping Raba 3 (Gradasi Kain) (berbagai kain dengan tingkat kekasaran/pakan/serat kain  yang bervariasi)
4.      Alas Raba (Tactile footh) (melatih kepekaan kaki pada lantai yang dikasarkan/dilapis lantai bertekstur kasar)
5.      Fub and Hand (Siluet tangan dan kaki)
6.      Puzzle Pubtastplatten (plat fuzle dengan siluet)
7.      Tactila (melatih kepekaan perabaan melalui diskriminasi taktual dan visual)
8.      Balance Labirinth Spirale (alat latih keseimbangan gerak tangan pada arah yang berbeda berbentuk spiral timbul)
9.      Balance Labirinth Maander (alat latih keseimbangan gerak tangan pada arah yang berbeda berbentuk segi empat timbul)


d.       Sensori Pengecap dan Perasa
Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk membedakan rasa dan membedakan aroma/bau. Untuk itu anak tunagrahita perlu latihan sensori pengecap dan perasa. Alat yang digunakan melatih sensori pengecap dan perasa dapat berupa:
a.        Gelas Rasa (gelas yang berisi cairan/serbuk untuk mengukur tingkat sensitifitas rasa)
b.        Botol Aroma (botol berisi cairan/serbuk untuk mengukur tingkat sensitifitas bau)
c.        Tactile Perception (untuk mengukur analisis perabaan)
d.       Aesthesiometer (untuk mengukur kemampuan rasa kulit)

e.          Latihan Bina Diri
Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk merawat diri sendiri. Untuk itu anak tunagrahita perlu latihan bina diri. Alat yang digunakan latihan bina diri dapat berupa:
1)             Berpakaian 1 (bentuk kancing)
2)             Berpakaian 2 (bentuk resleting)
3)             Berpakaian 3 (bentuk tali)
4)             Dressing Frame Sets (rangka pemasangan pakaian-kancing, resleting dan tali dikemas dalam satu bingkai)
5)             Sikat Gigi
6)             Pasta Gigi dan lain sebagainya

f.          Konsep dan Simbol Bilangan
Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk memahami konsep dan simbul bilangan. Untuk itu anak tunagrahita perlu latihan memahami konsep dan simbul bilangan. Alat yang digunakan melatih konsep dan simbul bilangan dapat berupa:
1)        Keping Pecahan (peraga bentuk lingkaran menunjukan bagian benda, ½, ¼, 1/3, dst)
2)         Balok Bilangan 1 (alat mengenal prinsip bilangan basis bilangan satuan)
3)         Balok Bilangan 2 (alat mengenal prinsip bilangan basis bilangan  puluhan)
4)         Geometri Tiga Dimensi (berupa bentuk-bentuk geometri tiga  dimensi yaitu: bulat, lonjong, segitiga, segiempat, limas, piramid).
5)         Abacus (alat untuk melatih pemahaman konsep bilangan satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan nilai tempat)
6)        Papan Bilangan (Cukes) (berfungsi untuk melatih kemampuan memahami bilangan dan dasar-dasar operasi hitung)
7)        Tiang Bilangan (Seguin Bretter) (papan bersekat dengan angka puluhan dan nilai tempat, berfungsi melatih kemampuan memahami bilangan puluhan dan nilai tempat)
8)        Kotak Bilangan (kotak bersekat dilengkapi angka-angka 1 s.d 10 dengan lubang sekat 50, berfungsi untuk memperkenalkan konsep nilai dan simbol bilangan 1 sampai dengan 10)

g.          Kreativitas, Daya Pikir dan Konsentrasi
Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk berkreativitas dan pada daya pikirnya. Untuk itu anak tunagrahita perlu latihan memahami kreativitas, daya pikir dan konsentrasi. Alat yang digunakan dapat berupa:
1)         Tetris (kotak berisi potongan kayu untuk disusun beraturan sesuai petunjuk gambar
2)         Box konsentrasi mekanis (alat latih konsentrasi gerak mekanik bentuk kotak/boks)
3)         Fuzle konstruksi (puzle bentuk konstruksi/rancang bangun sederhana)
4)         Rantai persegi (mata rantai persegi yang dapat disusun/dirangkai menjadi bentuk bangun)
5)         Rantai bulat (mata rantai bulat yang dapat disusun/dirangkai menjadi bentuk bangun bola)
6)         Lego/Lazi (potongan-potongan dengan kaki dan kepala yang dapat saling dipasangkan membuat bangun tertentu)



h.         Alat Pengajaran Bahasa
Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dan berbahasa. Untuk itu anak tunagrahita perlu latihan berbahasa. Alat yang digunakan melatih berbahasa dapat berupa:
1)         Alphabet Loweincase (simbol-simbol alphabet/abjad huruf besar)
2)         Alphabet Fibre Box (melatih membaca permulaan dengan cara merangkai huruf menjadi kalimat bahan dari fibre)
3)         Pias Kata (simbol-simbol kata untuk disusun menjadi kalimat)
4)         Pias Kalimat (pias-pias kata dan kalimat dilengkapi dengan gambar)

i.     Latihan Perseptual Motor
Keterbatasan intelegensi dan kognitif mengakibatkan anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam perseptual motornya. Untuk itu anak tunagrahita perlu latihan perseptual motor. Alat yang digunakan melatih perseptual motor dapat berupa:
1)         Bak Pasir (melatih kreativitas bentuk)
2)         Papan Keseimbangan (papan untuk melatih keseimbangan    
3)         tubuh)
4)         Gradasi Papan Titian (papan untuk melatih keseimbangan    
5)         Tubuh dalam bentuk bertingkat)
6)         Keping Keseimbangan (tangga bertali-papan berpenopang)
7)         Power Rider (alat untuk melatih kecekatan motorik)
8)         Balancier Zehner (berfungsi melatih keseimbangan gerak tubuh yang terdiri dari untaian objek bentuk lingkaran)
9)         Balamcierbrett (berfungsi melatih dinamisasi tubuh berbentuk lingkaran yang diberi torehan melingkar untuk menaruh bola)
10)     Balancierwippe (berfungsi melatih keseimbangan tubuh melalui gerak kaki berbentuk bilah papan yang diberi torehan)
11)     Balancier Steg. (melatih keseimbangan untuk beberapa anak sekaligus yang terdiri dari bilah-bilah papan dan balok yang dapat dirubah)


BAB III
PEMBAHASAN

A.    Instrumen Kebutuhan Dan Pengelolaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Abk
No.
SARANA KHUSUS UNTUK ABK
Jawaban
Ada
Tidak ada
1.
Anak Tunagrahita/ Anak Lamban Belajar



a.      Alat Asesmen



1)      Tes Intelegensi WISC-R (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang model WISC-R)


2)      Tes Intelegensi Stanford Binet (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang model Stanford Binet)


3)      Cognitive Ability test ((alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat pengetahuan yang dikuasai)


b.      Latihan Sensori Visual



1)      Gradasi Kubus (bentuk-bentuk kubus dengan ukuran yang bervariasi untuk melatih kemampuan/pemahaman volume kubus)


2)      Gradasi Balok 1 (Bentuk-bentuk balok dengan ukuran yang bervariasi satu warna)


3)      Gradasi Balok 2 (Bentuk-bentuk balok dengan ukuran yang bervariasi berbagai warna)


4)      Silinder 1 (bentuk-bentuk silinder untuk melatih motorik mata-tangan untuk usia dini)


5)      Silinder 2 (bentuk-bentuk silinder dengan ukuran yang bervariasi)


6)      Silinder 3 (bentuk-bentuk silinder dengan ukuran, warna, dan bahan yang bervariasi)


7)      Menara segitiga (susunan bentuk segitiga dengan ukuran berurut dari kecil sampai besar)


8)      Menara lingkaran (susunan gelang dari diameter kecil sampai besar)


9)      Menara segi empat (susunan bentuk segi empat dengan ukuran beruntut dari kecil sampai besar)


10)  Kotak silinder (tempat menyimpan silinder-silinder alat bantu mengajar/belajar)


11)  Multi sensori (alat untuk melatih sensori seperti pemahaman bentuk, ukuran, warna atau klasifikasi objek dan tekstur)


12)  Puzzle Binatang (puzzle berbentuk potongan gambar binatang)


13)  Puzzle Konstruksi (puzzle bentuk konstruksi/rancang bangun sederhana)


14)  Puzzle Bola (Puzzle bentuk potongan bola/lingkaran)


15)  Boks sortir Warna (alat bant untuk melatih persepsi penglihatan melalui diskriminasi warna)


16)  Geometri tiga dimensi (model-model bentuk benda beraturan tiga dimensi)


17)  Papan geometri Roden Set (papan latih bentuk beraturan model Roden)


18)  Kotak Geometri (Box Shape)(kotak berpenutup berlubang sesuai bentuk-bentuk beraturan)


19)  Konsentrasi mekanik (alat latih konsentrasi gerak mekanik)


20)  Formmenstockbox Mit (bentuk-bentuk dan warna untuk melatih motorik mata-tangan dan konsep ruang)


21)  Formmenstockbox (bentuk-bentuk dan warna-warna untuk melatih mata-tangan dan konsep ruang)


22)  Shceiben-Stepel Puzzle (bentuk-bentuk dan warna-warna untuk melatih motorik pergelangan tangan untuk kesiapan menulis)


23)  Formstec-Stepel Puzzle (bentuk-bentuk dan warna untuk melatih motorik dan konsentrasi)


24)  Fadeldreicke (alat untuk melatih ketajaman penglihatan dan koordinasi mata-tangan)


25)  Schmettering Puzzle (melatih hubungan ruang dan bentuk dalam kesatuan obyek )


26)  Puzzle Set (berbagai puzzle untuk mengembangkan kreativitas, konsep ruang, dan melatih ingatan)


27)  Streckspiel (alat untuk melatih ketajaman penglihatan dalam dimensi warna dan ukuran, menyortir dan mengklasifikasi objek secara serasi)


28)  Geo-Streckbrett (alat untuk melatih ketajaman penglihatan dan koordinasi mata-tangan)


29)  Rogenbugentorte (alat untuk melatih kemampuan mendiskriminasi warna dan motorik halus)


c.       Latihan Sensoi Perabaan



1)      Keping raba 1 (keping-keping benda dengan ukuran dan tekstur bervariasi)


2)      Keping raba 2 (gradasi keping) (keping-keping benda dengan ukuran dan tekstur/ tingkat kehalsan tinggi)


3)      Keping raba 3 (gradasi kain) (berbagai kain dengan tingkat kekasaran/pakan/serat kain yang bervariasi)


4)      Alas raba (Tactile footh) (melatih kepekaan kaki pada lantai yang dikasarkan/ dilapis lantai bertekstur kasar)


5)      Fub and Hand (siluet tangan dan kaki)


6)      Puzzle Pubtastplatten (plat fuzle dengan siluet)


7)      Tactile (melatih kepekaan perabaan melalui diskriminasi taktual dan visual)


8)      Balance Labirinth Spirale (alat latih keseimbangan gerak tangan pada arah yang berbeda dengan bentuk spiral timbul)


9)      Balance Labirinth Maander (alat latih keseimbangan gerak tangan pada arah yang berbeda berbentuk segi empat timbul)


d.      Sensori pengecap dan perasa



1)      Gelas Rasa (gelas yang berisi cairan/serbuk untuk mengukur tingkat sensitifitas rasa)


2)      Botol aroma (botol berisi cairan/serbuk untuk mengukur tingkat sensitifitas bau)


3)      Tactile perception (untuk mengukur analisis perabaan)


4)      Aesthesiometer (untuk mengukur kemampuan rasa kulit)


e.       Latihan Bina Diri



1)      Berpakaian 1 (bentuk kancing)


2)      Berpakaian 2 (bentuk resleting)


3)      Berpakaian 3 (bentuk tali)


4)      Dressing frame sets (rangka pemasangan pakaian-kancing, resleting dan tali dikemas dalam satu bingkai)


5)      Sikat gigi


6)      Pasta gigi ddan lain sebagainya


f.       Konsep dan simbol bilangan



1)      Keping pecahan (peraga bentuk lingkaran menunjukkan bagian benda, , , , dst)


2)      Balok bilangan 1 (alat mengenal prinsip bilangan basis bilangan satuan)


3)      Balok bilangan 2 (alat mengenal prinsip bilangan basis bilangan puluhan)


4)      Geometri tiga dimensi (erupa bentuk-bentuk geometri tiga dimensi yaitu bulat, lonjong, segitiga, segiempat, limas, piramid)


5)      Abacus (alat untuk melatih pemahaman konsep bilangan satuan, puluhan, ratusan, ribuan dan nilai tempat)


6)      Papan bilangan (cukes) (berfungsi untuk melatih kemampuan memahami bilangan dan dasar-dasar operasi hitung)


7)      Tiang bilangan (seguin Bretter) (papan bersekat dengan angka puluhan dan nilai tempat, berfungsi melatih kemampuan memahami bilangan puluhan dan nilai tempat)


8)      Kotak bilangan (kotak bersekat dilengkapi angka-angka 1 s.d 10 dengan lubang sekat 50, berfungsi untuk memperkenalkan konsep nilai dan simbol bilangan 1 sampai dengan 10)


g.      Kreativitas, Daya Pikir dan Konsentrasi



1)      Tetris (kotak berisi potongan kayu untuk disusun beraturan sesuai petunjuk gambar)


2)      Box konsentrasi mekanis (alat latih konsentrasi gerak mekanik bentuk kotak/boks)


3)      Fuzle konstruksi (puzle bentuk konstruksi / rancang bangun sederhana)


4)      Rantai persegi (mata rantai persegi yang dapat disusun/dirangkai menjadi bentuk bangun)


5)      Rantai bulat (mata rantai bulat yang dapat disusun/dirangkai menjadi bentuk bangun bola)


6)      Lego/lazi (potongan-potongan dengan kaki dan kepala yang dapat saling dipasangkan membuat bangun tertentu)


h.      Alat pengajaran bahasa



1)      Alphabet Loweincase (simbol-simbol alphabet/ abjad huruf besar)


2)      Alphabet Fibre Box (melatih membaca permulaan dengan cara merangkai huruf menjadi kalimat bahan dari fibre)


3)      Pias kata (simbol-simbol kata untuk disusun menjadi kalimat)


4)      Pias kalimat (pias-pias kata dan kalimat dilengkapi dengan gambar)


i.        Latihan Perseptual Motor



1)      Bak pasir (melatih kreativitas bentuk)


2)      Papan keseimbangan (papan untuk melatih keseimbangan tubuh)


3)      Gradasi papan titian (papan untuk melatih keseimbangan tubuh dalam bentuk meningkat)


4)      Keping keseimbangan (tangga bertali-papan berpenopang)


5)      Power rider (alat untuk melatih kecekatan motorik)


6)      Balancier Zehner (berfungsi melatih keseimbangan gerak tubuh yang terdiri dari untaian obyek bentuk lingkaran)


7)      Balamcierbrett (berfungsi melatih dinamisasi tubuh berbentuk lingkaran yang diberikan torehan melingkar untuk menaruh bola)


8)      Balancierwippe (berfungsi melatih keseimbangan tubuh melalui gerak kaki berbentuk bilah papan yang diberi torehan)


9)      Balancier steg (melatih keseimbangan untuk beberapa anak sekaligus yang terdiri dari bilah-bilah papan dan balok yang dapat dirubah)



B.     Data  Prasarana Khusus di SLB N 1 Yogyakarta
No
Prasarana Khusus
Jawaban
Ada
Tidak ada
1
Anak Tunagrahita



Untuk peserta didik tunanetra diperlukan ruang untuk melaksanakan kegiatan:



1.                  Asesmen


2.                  Konsultasi


3.                  Latihan Sensori


4.                  Bina diri


5.                  Remedial Teaching


6.                  Latihan Perseptual


7.                  Keterampilan


8.                  Penyimpanan Alat


            Pembahasan :
1.      Ruang Asesmen : adanya ruang asesmen yang ditujukan bagi peserta didik di SLB N 1 Yogyakarta ini. Asesmen dilaksanakan saat anak masuk sekolah pada awal tahun pelajaran untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhan siswa. Selain itu, adanya asesmen dapat dilakukan setiap awal semester, maupun saat dibutuhkan. Proses asesmen didukung oleh beberapa multidisiplin ilmu seperti guru, psikolog, orang tua, dan  konselor.
2.      Ruang konsultasi : Ruang konsultasi biasa digunakan setiap saat dibutuhkan konsultasi oleh orang tua terhadap guru ataupun psikolog dan konselor. Kasus yang sering dihadapi adalah masalah prestasi siswa, hubungan antara siswa dengan keluarga dan sekolah, serta bagaimana perkembangan belajar dan kemajuan siswa. Dalam konsultasi didukung oleh beberapa multidisiplin ilmu seperti guru, psikolog, orang tua, dan  konselor
3.      Latihan Sensori : ruang latihan sensori ini dapat dilakukan di ruangan khusus dan juga ruang kelas tergantung pada kebutuhan siswa dan guru dala pembelajaran.
4.      Ruang keterampilan : Ruang keterampilan di SLB ini dibedakan menjadi ruang keterampilan putra dan putri. Untuk para siswa, diajarkan tentang bagaimana membuat kerajinan tangan dengan bahan olah kayu,  membuat media pembelajaran edukatif. Untuk para siswi diajarkan tentang menjahit, merias, tata boga, membuat kerajinan dari manik-manik dan lain-lain.
5.      Ruang penyimpanan alat-alat : untuk penyimpanan alat-alat di SLB N 1 Yogyakarta ditempakan di ruang khusus, di ruang keterampilan, juga di tempatkan di ruang kelas

BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
1.      Pengertian asesmen dalam kerangka pendidikan berkebutuhan khusus, dimaksudkan sebagai usaha untuk memperoleh informasi yang relevan guna membantu seseorang dalam membuat keputusan. Asesmen menurut kamus Inggris-Indonesia (John M Echols, Hassan Sadly, 1984:41)artinya penilaian terhadap suatu keaadaan, penilaian dalam konteks ini adalah evaluasi terhadap kondisi atau keadaan anak-anak berkebutuhan khusus, jadi bukan penilaian terhadap hasil suatu aktivitas atau kegiatanpembelajaran di sekolah.
2.      Pengertian Tunagrahita menurut American Asociation on Mental Deficiency/AAMD dalam B3PTKSM sebagai berikut, anak tuagrahita yang meliputi anak yang memiliki fungsi intelektual umum di bawah rata-rata, yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes, yang muncul sebelum usia 16 tahun, yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif.
3.      Sarana pendidikan khusus di SLB N 1 Yogyakarta termasuk lengkap. Untuk sarana dan prasarana meliputi Alat asesmen, media pembelajaran  latihan sensori visual, media pembelajaran  latihan sensori perabaan, media pembelajatran sensori pengecap dan perasa,  media pembelajaran  latihan bina diri, media pembelajaran konsep dan simbol bilangan, media pembelajaran kreativitas, daya pikir dan konsentrasi, alat pengajaran bahasa, media pembelajaran latihan perseptual motor.
4.      Ruang Asesmen : adanya ruang asesmen yang ditujukan bagi peserta didik di SLB N 1 Yogyakarta ini. Asesmen dilaksanakan saat anak masuk sekolah pada awal tahun pelajaran untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhan siswa. Selain itu, adanya asesmen dapat dilakukan setiap awal semester, maupun saat dibutuhkan. Proses asesmen didukung oleh beberapa multidisiplin ilmu seperti guru, psikolog, orang tua, dan  konselor.
5.      Ruang konsultasi : Ruang konsultasi biasa digunakan setiap saat dibutuhkan konsultasi oleh orang tua terhadap guru ataupun psikolog dan konselor. Kasus yang sering dihadapi adalah masalah prestasi siswa, hubungan antara siswa dengan keluarga dan sekolah, serta bagaimana perkembangan belajar dan kemajuan siswa. Dalam konsultasi didukung oleh beberapa multidisiplin ilmu seperti guru, psikolog, orang tua, dan  konselor
6.      Latihan Sensori : ruang latihan sensori ini dapat dilakukan di ruangan khusus dan juga ruang kelas tergantung pada kebutuhan siswa dan guru dala pembelajaran.
7.      Ruang keterampilan : Ruang keterampilan di SLB ini dibedakan menjadi ruang keterampilan putra dan putri. Untuk para siswa, diajarkan tentang bagaimana membuat kerajinan tangan dengan bahan olah kayu,  membuat media pembelajaran edukatif. Untuk para siswi diajarkan tentang menjahit, merias, tata boga, membuat kerajinan dari manik-manik dan lain-lain. Ruang penyimpanan alat-alat : untuk penyimpanan alat-alat di SLB N 1 Yogyakarta ditempakan di ruang khusus, di ruang keterampilan, juga di tempatkan di ruang kelas


Tidak ada komentar: