Tampilkan postingan dengan label Anak Berkebutuhan Khusus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Anak Berkebutuhan Khusus. Tampilkan semua postingan

Senin, 30 Juli 2012

SOAL DAN JAWABAN UJIAN AKHIR ARTIKULASI



1.      Komponen utama dalam pembentukan artikulasi, yaitu :
a.       Udara yaitu udara yang dialirkan keluar dari paru-paru.
b.      Organ artikulasi / artikulator yaitu bagian dari alat ucap yang digesekkan untuk menghasilkan suatu bunyi. Bagian artikulator meliputi bibir (labium), gigi atas dan bawah (dental), kaki gigi atas dan bawah (alveulum), langit-langit keras (palatum), langit-langit lembut (velum), anak tekak (uvula), rongga hidung, lidah, rahang bawah (os mandibularis), pangkal tenggorok dan pita zxcvbnm/suara.
c.       Titik artikulasi yaitu bagian dari alat ucap yang menjadi tujuan seutuh dari artikulator.
2.      Proses pembentukan vokal i dan o serta konsonan r dan k
a.       Pembentukan vokal i diucapkan dengan gigi agak tertutup, jarak antara  dua gigi kira-kira (½) cm, ujunglidah agak terangkat, anak tekak (uvula) ditarik ke belakang menutup jalan udara ke rongga hidung, kemudian pita suara agak merapat sesamanya, sehingga udara yang keluar dari paru-paru membuatnya bergetar.
b.      Pembentukan vokal o diucapkan dengan posisi mulut terbuka, bibir dibulatkan, lebih besar dari posisi untuk bunyi u (bibir dimoncongkan, lubang bundaran bibir kira-kira bisa dimasuki jari kelingking), lidah bagian belakang diangkat sedikit, kemudian anak tekak (uvula) ditarik ke belakang menutup jalan udara ke rongga hidung, kemudian pita suara agak merapat sesamanya, sehingga udara yang keluar dari paru-paru membuatnya bergetar.
c.       Pembentukan konsonan r yaitu lidah diangkat tidk tegang, ujung lidah menyentuh lengkung kaki gigi atas, pinggir lidah menyentuh geraham, gigi atas dan bawah berjarak kira-kira 1 cm. Langit-langit lembut diangkat. Udara hembusan napas diarahkan pada ujung lidah terjadilah getaran pada ujung lidah.
d.      Pembentukan konsonan k melalui beberapa tahp yaitu ujung lidah bagian belakang menekan langit-langit lembut sehingga aliran udara terhambat pada pangkal lidah. Ujung lidah terletak didasar mulut dan menyentuh kaki gigi bawah. Pinggir lidah mengenai geraham, mulut terbuka, dan gigi atas. Jika hambatan udara secara tiba-tiba ditiadakan di langit-langit lembut terangkat, terjadilah letupan dan terbentuklah konsonan k.
3.      Fasilitas utama dalam pembinaan artikulasi meliputi :
a.       Ruang bina wicara maupun ruang kelas merupakan ruangan yang digunakan untuk melaksanakan latihan auditori verbal secara individual. Tidak jauh berbeda dengan ruang BPBI, ruang bina wicara juga harus dilengkapi dengan berbagai peralatan yang digunakan dalam pelatihan wicara anak. Ruang bina wicara juga harus kedap suara, cukup terang dan sirkulasi udara bagus agar anak tidak merasa tertekan di dalam ruang tersebut.
b.      Alat-alat sederhana
Ø  Cermin digunakan sebagai alat bantu bagi anak tunarungu dalam belajar mengucapkan sesuatu dengan artikulasi yang baik. Dengan menggunakan cermin, artikulator dapat mengontrol gerakan-gerakan yang tidak tepat dari anak tunarungu, sehingga mereka menjadi sadar dalam mengucapkan konsonan, vokal, kata-kata atau kalimat secara benar.
Ø  Bola pingpong, kertas tipis, pipa sedotan, lilin dan kapas yang dapat digunakan pada pelatihan pernafasan.
Ø  Spatel untuk membetulkan posisi lidah dari ucapan-ucapan yang salah, sehingga posisi lidah pada tempatnya. Selain itu, perlunya gambar-gambar dan pias-pias kartu identifikasi, daftar istilah atau kata-kata.
c.       Alat-alat modern
Ø  Alat bantu mendengar (hearing aid). Dengan mempergunakan alat bantu dengar (hearing aid) perorangan dan alat bantu dengan (group hearing aid) kelompok, anak-anak tunarungu diberikan latihan mendengar. Cara pemakaian pasang kabel yang berfungsi membawa sinyal suara yang diterima dari mikrofon dan telah diperkuat oleh amplifier. Isi pengisi daya menggunakan baterai. Arahkan pada pengaturan N, pasang kabel pada earphone pada telinga anak kemudian atur kerasnya suara sesuai kebutuhan anak dengan menggeser frekuensi.
Ø  Alat bantu wicara (speech trainer). Speech trainer ialah sebuah alat elektronik terdiri dari amplifier, headphone dan mickrophone. Gunanya untuk memberikan latihan bicara individual. Speech trainer digunakan dengan merekam suara anak sendiri, kemudian didengar oleh anak agar anak dapat mengkoreksi kesalahan ucap anak.
Ø  Audiometer yaitu alat penelitian yang dapat mengukur segala aspek dari pendengaran seseorang. Dengan audiometer dapat dibuat sebuah audigram yang dapat memberitahukan angka dari sisa pendengaran anak. Cara menggunakan audiometer pertama putarlah switch power untuk menyalakan audiometer. Atur tombol hearing level dimulai dari 0 dB apabila anak belum mendengar suara, tingkatkan pada 10 dB dan seterusnya hingga anak mendengar suara  dari tombol stimulasi yang ditekan. Namun, harus diperhatikan bahwa urutan frekuensi dimulai dari 1000 Hz, 500 Hz, 250 Hz, 1000 Hz, 1500 Hz, 2000 Hz, dan 400 Hz. Jika pengetesan pada salah satu telinga selesai, lakukan pada telinga satunya. Catat hasil pengetesan pada diagram audiogram.
4.      Bentuk-bentuk kesalahan artikulasi yang dialami ABK kelas rendah
a.       B diucapkan P
Cara memperbaiki pinta anak untuk tidak tegang saat mengucapkan p, pakailah jari telunjuk dan ibu jari model gerakan bibir, tirukan oleh anak, praktekkan dengan bibirnya. Bedakan pada saat mengucapkan p otot bibir tegang. (lakukan dengan jari agar dapat membedakannya).  Rasakan getaran pada mulut, leher dan dada saat mengucapkan b dan p tidak ada getaran.
b.      F diucapkan P
Cara memperbaikinya ajaklah anak mengamati posisi bibir saat mengucapkan f dan bedakan saat mengucapkan p. Bedakan udara geseran saat mengucapkan f dan p.
c.       T diucapkan D
Kesalahan ini karena ujung lidah terlalu kebelakang dan bersuara. Guru memberitahukan fonem yang diucapkan d bukan t, tuliskan apa yang diucapkan anak. Beri contoh posisi lidah waktu mengucapkan t. Amati dengan waktu mengucapkan d. 

RESUME MATERI DASAR-DASAR PENDIDIKAN SENI, BUDAYA DAN KETERAMPILAN

1.      Prinsip Pembelajaran Seni, Budaya dan Keterampilan bagi ABK
Pembelajaran seni, budaya dan keterampilan bagi ABK lebih difokuskan pada pembelajaran keterampilan kematangan menolong diri atau keterampilan hidup sehari-hari dan akademik fungsional. Keterampilan bagi ABK berupa keterampilan binadiri, keterampilan yang sesuai dengan bakat dan minat anak dan bersifat vocasional, keterampilan fungsional, kecakapan hidup, keterampilan sosial, dan keteramilan berkarya atau olah karya. Pembelajaran DSBK bagi ABK juga harus memperhatikan aspek kognitif, afektif dan psikomotor, dimana jika berkembang anak akan memiliki kemampuan dalam mengolah fungsi pikir, sehingga guru harus pandai dalam memodifikasi kurikulum sesuai dengan kondisi anak.
Keterampilan bagi ABK erat kaitannya dengan life skill. Life skill merupakan kecakapan yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk mencapai kemandirian hidup, dikembangkan melalui pembiasaan dan membuat individu dapat mencapai keberhasilan hidup. Konsep life skill dalam sistem persekolahan meliputi kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional. Keterampilan hidup dimulai sejak bayi, usia anak, pra-remaja, remaja, pasca remaja dan lansia.
Hal yang membedakan antara anak normal dengan ABK berupa kemampuannya, orientasi kebutuhan, dan kemandirian. Hal ini terjadi karena manusia hidup untuk melayani dirinya sendiri dan juga untuk melayani orang lain. pembelajaran ABK harus mengembangkan pengetahuan yang komprehensif untuk kehidupan, terampil menerapkan pengalaman belajar dalam kehidupan nyata, serta mampu bersikap yang mencerminkan tata aturan kehidupan bermasyarakat sesuai dengan kemampuannya. Pembelajaran keterampilan ABK juga harus memperhatikan dua faktor antara lain potensi yang dimiliki anak, kemampuan anak sesuai dengan kondisinya, yang keduanya dapat diketahui setelah melakukan asesmen. Asesmen ini dilakukan dengan memperhatikan kecerdasan anak, keadaan sensomotorik anak, bakat dan minat anak. Kebutuhan pembelajaran ABK berdasarkan pengalaman konkret, pengalaman memadukan dan kebutuhan akan berbuat dan bekerja dalam belajar. Selain itu, perlu diketahui bahwa dalam pembelajaran DSBK, anak memiliki keterbatasan dalam konsep dan keanekaragaman pengalaman baru, keterbatasan dalam interaksi dengan lingkungan, keterbatasan mobilitas dan keterbatasan dalam memproses informasi.
2.      Analisa Tugas
Dalam pembelajaran keterampilan ABK, perlu adanya analisis tugas untuk mempermudah anak memahami serta melakukan keterampilan sesuai tahapannya. Analisa tugas merupakan langkah-langkah menyelesaikan kegiatan secara rinci. Merupakan proses menganalisis dan menggambarkan bagaimana manusia melaksanakan tugas dengan dapat mempertanggungjawabkan atas pekerjaannya, dpat menjelaskan apa saja yang dilakukan serta peralatan-peralatan yang digunakan serta hal-hal yang perlu diketahui dalam suatu analisis. Analisis tugas haruslah sistematis, prosedural, rinci praktis dan spesifik. Analisis tugas dimulai dari yang sederhana, mudah dan tidak membahayakan. Langkah dalam membuat analisis kerja dimulai dari menentukan tujua keterampilan, membuat analisa tugas, membuat evaluasi, menentukan tujuan yang lebih spesifik, dan mengatuf strategi.
3.      Strategi Pembelajaran Keterampilan
Strategi dalam pembelajaran keterampilan pada ABK pertama, haruslah merupakan kegiatan dan bahan ajar yang menyatu dengan anak, materi juga merupakan hal-hal yang dimiliki anak dan dikembangkan melalui belajar. Kedua, hand of experiences atau siswa melakukan sendiri dengan tangannya dengan kaa lain anak melakukan secara langsung dengan metode praktik. Ketiga, penetapan bahan ajar. SD kelas bawah hanya merupakan tahap pengenalan,SD kelas atas berupa keterampilan dasar untuk melatih proses dan menghasilkan karya sederhana. Sekolah menengah mengarah pada keterampilan pra vokasional, serta pada tingkat pasca sekolah tingkat latihan berada di tingkat terampil dan mahir. Keempat, pendekatan pembelajaran berupa pendekatan pembelajaran keterampilan terpadu, dan pendekatan proses. Kelima, asas pembelajaran yang menyangkut motivasi, potensi, suasana dan pengelolaan kelas. Selain itu, perlunya skenario dalam pembelajaran keterampilan. Skenario pembelajaran menurut Affandi (2002) menetapkan empat langkah yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan pengkajian, kegiatan penetapan, kegiatan pemantapan hasil belajar, dan tahap evaluasi kemajuan belajar.