FENOMENA KEBIASAAN NGELEM
DIKALANGAN ANAK JALANAN
Disusun oleh:
Nama : Nur Indah Dilla M
NIM : 10103241031
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR
BIASA
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA
2011
KATA
PENGANTAR
Assalaamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillah segala puja puji
syukur kami panjatkan ke hadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahnya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh kaum muslimin dan muslimat yang
setiasa istikomah mengikuti petunjuknya.
Berkat rahmat dan pertolongan Allah
SWT, penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul FENOMENA KEBIASAAN “NGELEM”DIKALANGAN ANAK JALANAN ini dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliahPendidikan Anak Tuna Laras,
Selain itu juga sebagai media latihan untuk bertanggung jawab atas tugas yang
telah diberikan.
Dalam kesempatan ini, tidak lupa
pula penyusun mengucapkan terima kasih atas bantuan, dorongan, pengarahan serta
dukungannya kepada:
1.
Allah
SWT
2.
Bapak
Drs. Ibnu Syamsi selaku Dosen pengampu Mata Kuliah Pendidikan Anak Tuna Laras.
3.
Segenap
teman-teman seperjuangan
4.
Seluruh
keluarga yang tercinta dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.
Penyusun
menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif. Besar
harapan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Wassalaamu’alaikum
wr.wb.
Yogyakarta, Maret 2011
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL i
KATA
PENGANTAR ii
DAFTAR
ISI iii
ABSTRAK iv
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang 1
B. Rumusan
Masalah 2
C. Tujuan
Penulisan 2
PEMBAHASAN
A.
Definisi KebiasaanNgelem 3
B.
Dampak KebiasaanNgelem Bagi Kesehatan 5
C.
Upaya untuk Mengurangi
Jumlah Anak Jalanan yang Ngelem 7
PENUTUP
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
DAFTAR
PUSTAKA
FENOMENA
KEBIASAAN “NGELEM”
DIKALANGAN
ANAK JALANAN
NUR INDAH DILLA M
NIM : 10103241031
Email : nurindah_dm@yahoo.com
ABSTRAK
Tujuan dari
penulisan makalah ini, selain memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Anak Tuna
Laras, tujuan lainnya yaitu mengetahui definisi dari perilaku ngelem yang marak dilakukan oleh anak
jalanan, jenis dan teknik ngelem
serta mengetahui pengaruh yang ditimbulkan kebiasaan ngelem bagi kesehatan.Ngelematau sniffing merupakan kata yang
sangat akrab terutama bagi anak yang hidup di jalanan. Istilah ngelem yakni menghirup uap lem hingga
mabuk. Efeknya hampir mirip dengan jenis narkoba yang lain yakni menyebabkan
halusinasi, sensasi melayang-layang dan rasa tenang. Selain bisa berhalusinasi,
ngelem juga dianggap sebagai trend
bagi komunitas mereka.Bukan hanya lem seperti lem Aica-Aibon da U-hu, beberapa
produk rumah tangga yang masuk dalam kategori inhalant, seperti penghapus cat
kuku juga bisa disalahgunakan untuk mabuk-mabukan. Setelah ditelusuri lebih
dalam lagi, diketahui beberapa faktor penyebab anak jalanan memiliki
ketergantungan terhadap ngelem.
Pertama, ngelem merupakan sebagai
pelarian terhadap adanya gangguan karakter pada diri anak, seperti marah,
suntuk, kesal dan lain-lain. Kedua, dengan ngelem
membuktikan bahwa anak diterima dalam pergaulan ataupun komunitas. Ketiga,
dengan ngelem memungkinkan untuk
menghilangkan rasa lapar, kelelahan dan juga rasa sakit terhadap penyakit yang
dideritanya secara fisik. Dan secara psikis bisa menghilangkan rasa cemas, depresi
dan stress menghadapi faktor sosial. Keempat, ngelemjuga merupakan perwujudan dari sifat-sifat penyimpangan dari
norma-norma sosial yang ada.Akibat dari kebiasaan ngelem ini juga tak main-main, efek jangka pendek dan jangka
panjang seperti denyut jantung meningkat, halusinasi, kerusakan otak bahkan
resiko kematian. Selain itu, perlunya upaya untuk mengurangi jumlah anak
jalanan yang ngelem, baik itu berasal
dari pemerintah, keluarga, LSM dan pihak lainnya.
Kata kunci :ngelem, inhalen, anak jalanan, tradisi
anak jalanan, masalah sosial.
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Fenomena
kebiasaan ngelem di kalangan anak jalanan merupakan suatu bukti bahwa negara
kita masih belum mampu untuk mengentas kemiskinan di negara kita. Hal ini
terjadi karena anak jalanan yang melakukan ngelem sebagai pelarian dari beban
hidup yang mereka alami. Mereka menghadapi berbagai permasalahan misalnyaeksploitasi
terhadap anak jalanan itu sendiri, antara lain eksploitasi secara ekonomi dan
eksploitasi secara seksual. Faktanya, banyak ditemukan kasus kekerasan,
pelecehan dan pembunuhan terhadap anak jalanan. Faktor kondisi sosial ekonomi
merupakan faktor dominan yang menjadi penyebab munculnya anak jalanan. Sebagian
besar dari mereka memilliki perasaan berat dalam menghadapi kehidupan. Hal ini
dapat menimbulkan beberapa kebiasaan atau perilaku menyimpang, salah satunya
kebiasaan ngelem.
Ngelem bukan lagi menjadi kata yang
asing bagi anak yang hidup di jalanan. Bahkan kebiasaan ini sudah menjadi
tradisi di kalangan anak jalanan. Mereka menggunakan lem sebagai sarana
pelarian dari kondisi atau kenyataan yang harus mereka hadapi. Ngelem juga dianggap sebagai sarana
pemersatu sosial mereka. Ngelem
memiliki makna tersendiri bagi komunitas mereka. Ngelem tidak hanya sekedar menahan lapar, bahkan mereka lebih
memilih untuk tidak membeli makanan daripada tidak ngelem. Hal ini menunjukkan bahwa dampak kecanduan lem telah
mempengaruhi pola hidup anak jalanan.
Ngelem atau sniffing
adalah sejenis narkoba yang umumnya digunakan oleh anak jalanan dengan
menghirup benda-benda sejenis lem, zat pelarut (thinner cat), lem kambing
(aibon) atau zat lain sejenisnya untuk mencari ketenangan dan kesenangan.
Selain bisa berhalusinasi, ngelem
ternyata dianggap sebagai trend bagi komunitas mereka. Beberapa faktor yangmendasari
mereka hingga memiliki kebiasaan ngelem,
antara lain sebagai sarana pelarian, sebagai pembuktian bahwa mereka diterima
dalam pergaulan,dan beberapa faktor lainnya.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa definisi dari kebiasaanngelem di kalangan anak jalanan?
2. Bagaimana pengaruh ngelem
bagi kesehatan?
3. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk menghilangkan
kebiasaan ngelem bagi anak jalanan?
C.
TUJUAN
1. MemenuhitugasmatakuliahPendidikan Anak Tuna Laras dengandosenpengampuBapak Drs. Ibnu Syamsi
2. Mengetahuidefinisi dari kebiasaanngelem yang sudah menjadi tradisi dikalangan anak jalanan dan mengetahuifaktor-faktor penyebab kebiasaanngelem
3. Mengetahuidampak negatif kebiasaanngelem bagi kesehatan
4. Mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mengurangi
atau menghilangkan kebiasaan ngelem bagi
anak jalanan.
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI PERILAKU NGELEM DIKALANGAN ANAK JALANAN
Ngelem atau Sniffingadalah
sejenis narkoba yang umumnya digunakan oleh anak jalanan dengan menghirup
benda-benda sejenis lem, zat pelarut, dan zat lain yang tergolong dalam inhalen
untuk mencari ketenangan dan kesenangan. Inhalen merupakan produk yang mudah
didapat dipasaran seperti bensin, pernis, aseton untuk pembersih warna kuku,
lem aibon, freon dan menghasilkan uap dari pelarut organik yang sangat mudah
menguap. Uap dan gas dari inhalen tersebut yang sering digunakan oleh anak
jalanan. Kebanyakan anak jalanan melakukan kebiasaan ngelem ini sebagai pelarian dari berbagai beban yang mereka alami.
Dengan ngelem mereka dapat
menghilangkan sejenak semua beban hidup mereka. Tidak hanya itu, ngelem kini telah menjadi tradisi
dikalangan anak jalanan sebagai bukti bahwa mereka diterima di komunitas
mereka.
Ngelem dapat membuat anak tersebut menjadi fly, sensasi fly ini
membuat mereka merasa bahagia. Dalam kondisi ini mereka bisa berkhayal mengenai
apapun dan sejenak mengalihkan perhatian mereka dari kerasnya hidup yang harus
dijalani. Ternyata, di lapangan ngelem
dapat dibedakan menjadi beberapa tahap dilihat dari jumlah penggunaan inhalen. Ada
dua tahap berdasarkan lamanya kebiasaan ngelem
ini dilakukan, yaitu:
1.
Tahap beginner, anak jalanan dapat
menghabiskan lima sampai sembilan kaleng kecil lem Aibon.
2.
Tahap advance, dapat menhabiskan hingga tiga
puluh kaleng kecil per-harinya. Padahal harga lem Aibon per kaleng kecil
sekitar Rp 1.500,- sampai Rp 2.000,-.
Tidak hanya ngelem,
beberapa anak jalanan juga kecanduan obat-obatan, mulai dari obat batuk murahan
hingga pil koplo. Mereka juga sering meminum minuman keras yang dioplos dengan
minuman bersoda, seperti Coca-cola. Kebiasaan
ngelem itu sendiri, kini telah
menjadi alat pemersatu sosial mereka. Banyak hubungan yang dimiliki anak-anak
jalanan sangat terkait dengan upaya mendapatkan lem. Biasanya, mereka membeli
lem tersebut dengan uang hasil jerih payah mereka sendiri. Bahkan, banyak juga
yang membeli lem secara patungan dengan sesama anak jalanan.
Menurut Roy Gigengak (2006)
mengemukakan bahwa : “Yang paling mengejutkan dalam penelitian adalah
penggunaan lem dan campuran obat-obatan sebagai narkoba sangat penting bagi
mereka. Itu menjadi pusat dari apa yang mereka lakukan.Ngelem mempunyai makna lebih dari sekedar penggunaan narkoba.
Terlalu sering aktivis kemanusiaan memandang ngelem sebagai perbuatan misalnya
untuk melupakan rasa lapar. Tetapi, sering justru bertolak belakang dari itu”.Ngelem juga dianggap sebagai pemersatu
sosial antara anak jalanan. Bahkan hubungan baik terjalin antar sesama anak
jalanan terkait dengan upaya mendapatkan lem. Bahkan mereka lebih memilih tidak
membeli makanan daripada tidak ngelem.
Hal ini membuktikan bahwa dampak kecanduan lem tersebuut sangat berpengaruh
dalam pola hidup mereka.
Teknik ngelempun
ada beberapa macam, dapat melalui hidung atau melalui mulut, antara lain:
1.
Dengan dihirup (sniffing) atau snorting dari uap atau asap inhalan tersebut. Anak jalanan
menggunakan teknik ini dengan cara membuka bagian atas kaleng kemuadian dihirup
langsung uapnya;
2.
Menyemprotkan
langsung kehidung atau mulut, efeknya lebih kuat dibandingkan dengan dihirup.
Jenis zat yang digunakan yaitu zat inhalan yang bewujud cair, seperti freon,
aseton dll;
3.
Teknik bagging yaitu menghirup atau menghisap
uap dari zat yang telah disemprotkan atau ditampung kedalam kantung plastik
atau kantung kertas. Teknik ini merupakan teknik yang sering dipakai oleh anak
jalanan;
4.
Teknik huffing yaitu menghisap melalui bahan
kain yang telah direndam kedalam zat inhalan.
5.
Menghisap dari
balon yang telah diisi oksida nitrit.
Faktor-faktor yang mendasari
anak jalanan melakukan kebiasaan ngelem
ini, antara lain:
1.
Ngelem
menjadi sarana pelarian terhadap adanya ganguan karakter pada diri anak,
seperti marah, suntuk, kesal dan lain sebagainya;
2.
Ngelem
dapat membuktikan seorang anak diterima dalam pergaulan ataupun komunitas. Di
mana seorang anak jalanan yang tidak ngelem
akan dijuluki pengecut atau tidak gaul, dan juga adanya tekanan sosialkultural
seperti bangga bila ngelem.
3.
Secara fisik, ngelem memungkinkan untuk menghilangkan
rasa lapar, kelelahan dan juga rasa sakit terhadap penyakit yang dideritanya.
Sedangkan secara psikis, ngelem dapat
menghilangkan rasa cemas, depresi dan stress menghadapi faktor sosial.
4.
Ngelem
juga merupakan perwujudan dari sifat-sifat penyimpangan dari norma-norma sosial
yang ada.
B.
DAMPAK PERILAKU NGELEM TERHADAP KESEHATAN
Ngelem merupakan suatu kegiatan
menghirup aroma lem secara kontinyu sehingga adanya perubahan pada emosional.
Zat yang biasa digunakan untuk ngelem
merupakan zat yang termasuk dalam kategori inhalan. Inhalan merupakan produk
yang mudah didapat di pasaran seperti bensin, pernis, aseton untuk pembersih
warna kuku, freon, lem Aibon, freon dan menghasilkan uap dari pelarut organik
yang sangat mudah menguap. Uap dari zat tersebut sering disalahgunakan oleh
anak jalanan, misalnya dengan menghirup uap dan gasnya yang dapat menyebabkan
kerusakan serius bahkan kematian. Inhalan mengandung bahan kimia yang bertindak
sebagai depresan. Depresan dapat memperlambat sistem syaraf pusat, mempengaruhi
koordinasi gerakan anggota badan dan konsentrasi pikiran.
Inhalan dapat mempegaruhi otak
dengan kecepatan dan kekuatan yang jauh lebih besar dari zat lain, hal ini
dapat mengakibatkan kerusakan fisik dan mental yang tidak dapat disembuhkan.
Mati lemas dan mati secara tiba-tiba dapat terjadi, walaupun ngelem baru dilakukan pertama kali.Dalam
dosis awal yang kecil, inhalan dapat menginhibisi dan menyebabkan perasaan
euphoria, kegembiraan, dan sensasi yang mengambang dan menyenangkan. Gejala
psikologis lain pada dosis tinggi dapat berupa rasa ketakutan, ilusi sensorik,
halusinasi auditoris dan visual dan distorsi ukuran tubuh. Gejala neurologis
dapat termasuk bicara yang tidak jelas, seperti menggumam, penurunan kecepatan
bicara, dan ataxia.
Pengaruh langsung pemakaian
inhalen, antara lain:
a.
Dengan cepat kepala
diserang rasa pusing
b.
Sedikit stimulasi
c.
Nafas berbau
d.
Sakit kepala
e.
Kurangnya
koordinasi gerakan anggota badan
f.
Mati rasa pada
tangan dan kaki
g.
Mual dan
muntah-muntah
Bahaya penggunaan inhalan dalam
jangka panjang dapat menyebabkan irritabilitas, labilitas emosi, gangguan
ingatan, kejang pada anggota badan, kerusakan sumsum tulanng dan kerusakan hati
dan ginjal. Sindroma putus inhalan tidak sering terjadi, kalaupun ada muncul
dalam bentuk susah tidur, irritabilitas, kegugupan, berkeringat, mual, muntah,
takikardia, dan kadang-kadang disertai halusinasi.
Kidshealth.org (2011)
menyatakan bahwa anak jalanan yang sering ngelem
dengan anak yang tidak ngelem dapat
diketahui dari ciri-ciri yang mereka miliki. Tanda-tanda anak jalanan pemakai
inhalan antara lain:
1.
Mata merah,
berkaca-kaca atau berair
2.
Pengucapan
kata-kata yang lambat, bergumam kental dan tidak jelas
3.
Terdapat noda cat
pada tangan dan sekitar mulut
4.
Terlihat seperti orang
mabuk
5.
Bau bahan kimia di
dalam ruangan
6.
Bau mulut yang
tidak biasa
Selain itu,ngelem dapat memberikan efek fatal jika telah melewati ambang batas
yang bisa ditoleransi oleh tubuh. Uap lem dan thinner bisa membunuh dalam
seketika dengan mekanisme sebagai berikut:
1.
Sudden sniffing death, yaitu kematian mendadak saat
menghirup uap pelarut. Umumnya disebabkan oleh sabotase fungsi jantung. Gejala
awalnya adalah denyut nadi meningkat dan tidak teratur, lalu tak lama kemudian
berhenti untuk selamanya.
2.
Asphyxia.
Uap solven juga biasa mengikat
oksigen di sistem pernapasan dan memicu asphyxia atau kekurangan suplai oksigen
ke jaringan otak.
3.
Sesak napas.
Di kalangan anak jalanan,
aktivitas ngelem sering dilakukan
denga kepala ditutup tas plastik agar uap tidak menyebar kemana-mana. Ketika
tubuh sudah terpengaruh uap pelarut, si anak jalanan tidak bisa melepas sendiri
plastik penutup tersebut dan akan mati lemas jika tidak ada temannya yang
menolong.
4.
Bunuh diri.
Depresi dan halusinasi
merupakan dampak serius dari uap solven. Dampak ini bisa membunuh seseorang
jika orang itu kemudian tergerak untuk melakukan bunuh diri dalam kondisi kejiwaan
yang sedang kacau.
C.
UPAYA MENGURANGI JUMLAH
ANAK JALANAN YANG NGELEM
Kebiasaan ngelem yang biasa
dilakukan oleh anak jalanan memang termasuk dalam masalah yang serius dan harus
segera ditanggulangi karena dapat berakibat buruk bagi kesehatan mereka.
Artinya, disini perlu sebuah institusi yang secara maksimal menangani persoalan
ini, dalam hal ini Negara. Negara berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah
untuk melindungi dan mencegah anak dari penyalahgunaan zat aditif. Fakta
menunjukkan, belum ada langkah-langkah ataupun upaya yang dilakukan Negara
untuk melindungi dan mencegah terhadap anak jalanan yang ngelem. Sebenarnya, upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah
untuk mengurangi jumlah anak jalanan yang ngelem,
dikembalikan kepada seberapa besarnya upaya pemerintah untuk mengentaskan anak
jalanan. Permasalahan yang selalu diungkapkan pemerintah selalu kembali ke
permasalahan dana. Selain itu, tindakan pemerintah yang merazia dan menangkapi
anak jalanan dinilai tidak memberikan kontribusi yang baik terhadap
permasalahan anak jalanan itu sendiri.
Pemerintah juga seharusnya memperhatikan bagaimana cara agar hak-hak mereka
terpenuhi. Usaha-usaha represif haruslah dihindari dan menjadi cara terakhir
dalam menertibkan anak jalanan. Cara tersebut sangat tidak baik bagi
perkembangan mental anak jalanan. Penyelesaian masalah anak jalanan ini dinilai
tidak efektif jika hanya sebatas ditertibkan. Hal itu menjadi sia-sia jika akar
permasalahan yakni kemiskinan tidak mampu tertangani oleh pemerintah.
Selain pemerintah, keluarga sebagai institusi terkecil dari proses
pembinaan anak tersebut memiliki posisi sentral. Di mana peran keluarga
memiliki kontribusi yang cukup signifikan dalam memberikan peluang untuk anak.
Hal ini disadari bahwa, hampir seluruh anak jalanan yang ngelem berasal dari
keluarga yang hancur. Di samping broken home, peran kontrol dari keluarga juga
tidak kelihatan, di mana orang tua tidak peduli jika anaknya kecanduan atau
ketergantungan terhadap lem dan mereka menganggap ini merupakan masalah yang
lumrah.
Selain itu, para aktivis juga perlu melakukan pendekatan terhadap anak
jalanan yang ngelem. Dengan adanya pendekatan tersebut, anak sedikit demi
sedikit akan menceritakan apa yang menyebabkan ia melakukan kebiasaan ngelem
itu. Setelah diketahui apa penyebab ngelem anak tersebut, Beberapa LSM juga
perlu melakukan upaya-upaya untuk mengurangi jumlah anak yang ngelem. Upaya
tersebut dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama dengan beberapa LSM dan Badan
Narkotika Nasional untuk melakukan penyuluhan terhadap masyarakat dan juga anak
jalanan secara kontinyu. Kemudian, LSM dan beberapa lembaga lain dapat
memberikan pembekalan keterampilan untuk mengisi kekosongan waktu. Adanya
penyuluhan kepada kepada masyarakat dilakukan untuk mengurangi jumlah anak
jalanan yang ngelem dengan cara menegur
mereka secara langsung.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Definisi
Kebiasaan “Ngelem”
Ngelem atau Sniffing adalah
sejenis narkoba yang umumnya digunakan oleh anak jalanan dengan menghirup
benda-benda sejenis lem, zat pelarut, dan zat lain yang tergolong dalam inhalen
untuk mencari ketenangan dan kesenangan. Ngelem
dapat membuat anak tersebut menjadi fly,
sensasi fly ini membuat mereka merasa
bahagia. Dalam kondisi ini mereka bisa berkhayal mengenai apapun dan sejenak
mengalihkan perhatian mereka dari kerasnya hidup yang harus dijalani. Ada dua
macam teknik ngelem, yaitu melalui
hidung dan mulut. Faktor pendorong perilaku ngelem
antara lain, sebagai sarana pelarian, pembuktian bahwa anak jalanan
diterima di komunitas mereka, dan menghilangkan rasa lapar serta rasa sakit.
2. Dampak
Kebiasaan “Ngelem” Bagi Kesehatan
Zat yang biasa digunakan untuk ngelem merupakan zat yang termasuk dalam kategori inhalan. Inhalan
mengandung bahan kimia yang bertindak sebagai depresan. Depresan dapat
memperlambat sistem syaraf pusat, mempengaruhi koordinasi gerakan anggota badan
dan konsentrasi pikiran. Kebiasaan ngelem
juga berakibat pada jangka pendek dan jangka panjang. Efek jangka pendeknya
antara lain pusing, nafas berbau, sakit kepala, mati rasa pada tangan dan kaki,
serta mual dan muntah-muntah. Sedangkan efek jangka panjangnya, antara lain
irritabilitas, labilitas emosi, gangguan ingatan, kejang, kerusakan sumsum
tulang, kerusakan hati dan ginjal, bahkan resiko kematian.
3. Upaya untuk
Mengurangi Anak Jalanan yang “Ngelem”
Pemerintah seharusnya memiliki kewajiban untuk melindungi dan mencegah terhadap anak jalanan
yang ngelem. Namun, belum ada
tindakan tegas dari pemerintah karena adanya masalah dana. Keluarga sebagai
institusi terkecil dari proses pembinaan anak tersebut memiliki posisi sentral.
Di mana peran keluarga memiliki kontribusi yang cukup signifikan dalam
memberikan peluang untuk anak mengurangi bahkan meninggalkan kebiasaan ngelem ini. Selain itu, beberapa LSM dan
Badan Narkotika Nasional juga perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat,
agar masyarakat dapat ikut berperan dalam mengurangi jumlah anak jalanan yang
memiliki kebiasaan ngelem ini.
B. SARAN
1. Pemerintah perlu memeperhatikan
kesejahteraan rakyatnya, khususnya kalangan menengah kebawah
2. Pemerintah seharusnya dapat
melindungi rakyatnya dan menjamin hak-hak warga negaranya sesuai dengan UUD 1945
3. Keluarga hendaknya memberikan
kasih sayang kepada anak-anaknya, sehingga anak-anak tidak menjadi korban dari
orang tua mereka, serta mendapatkan hak mereka untuk mendapatkan ilmu.
4. Pihak keluarga seharusnya perlu
melakukan kontrol terhadap anak agar tidak terjerumus kedalam kebiasaan yang
buruk, dalam hal ini kebiasaan ngelem.
5. Masyarakat perlu bekerjasama
dengan berbagai LSM untuk membantu mengurangi jumlah anak jalanan yang ngelem.
DAFTAR
PUSTAKA
Suyanto, Bagong. (2010). MasalahSosialAnak. Jakarta: Kencana
Zubaedi.(2004). PendidikanBerbasisMasyarakat.
Yogyakarta: PustakaPelajar
Sarwono, Sarlito, Wirawan. (2006).PsikologiRemaja. Jakarta: RajawaliPers
http://umisatiti.blog.uns.ac.id/diaksespadatanggal26 Maret 2011
http://sumeks.co.id/diaksespadatanggal26 Maret 2011
http://kangjacko.multiply.com/diaksespadatanggal26 Maret 2011
http://m.detik.comdiaksespadatanggal26 Maret 2011
http://kksp.or.id/diaksespadatanggal26 Maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar