Jumat, 09 Maret 2012

MAKALAH PEND. ANAK TUNALARAS "FENOMENA KEBIASAAN NGELEM DI KALANGAN ANAK JALANAN"



FENOMENA KEBIASAAN NGELEM 
DIKALANGAN ANAK JALANAN


 (logo)



Disusun oleh:
Nama                 :           Nur Indah Dilla M
NIM                   :           10103241031


JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum wr.wb

            Alhamdulillah segala puja puji syukur kami panjatkan ke hadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh kaum muslimin dan muslimat yang setiasa istikomah mengikuti petunjuknya.
            Berkat rahmat dan pertolongan Allah SWT, penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul FENOMENA KEBIASAAN “NGELEM”DIKALANGAN ANAK JALANAN ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliahPendidikan Anak Tuna Laras, Selain itu juga sebagai media latihan untuk bertanggung jawab atas tugas yang telah diberikan.
            Dalam kesempatan ini, tidak lupa pula penyusun mengucapkan terima kasih atas bantuan, dorongan, pengarahan serta dukungannya kepada:
1.      Allah SWT
2.      Bapak Drs. Ibnu Syamsi selaku Dosen pengampu Mata Kuliah Pendidikan Anak Tuna Laras.
3.      Segenap teman-teman seperjuangan
4.      Seluruh keluarga yang tercinta dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif. Besar harapan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Wassalaamu’alaikum wr.wb.


Yogyakarta,  Maret 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL                                                                                   i
KATA PENGANTAR                                                                                 ii
DAFTAR ISI                                                                                               iii
ABSTRAK                                                                                                   iv
PENDAHULUAN                                                                                       
A.    Latar Belakang                                                                                                1
B.     Rumusan Masalah                                                                                           2
C.     Tujuan Penulisan                                                                                             2
PEMBAHASAN
A.    Definisi KebiasaanNgelem                                                                               3
B.     Dampak KebiasaanNgelem Bagi Kesehatan                                                    5
C.     Upaya untuk Mengurangi Jumlah Anak Jalanan yang Ngelem                           7
PENUTUP
A.    Kesimpulan                                                                                                     10
B.     Saran                                                                                                              10
DAFTAR PUSTAKA





FENOMENA KEBIASAAN “NGELEM”
DIKALANGAN ANAK JALANAN

NUR INDAH DILLA M
NIM : 10103241031

ABSTRAK
Tujuan dari penulisan makalah ini, selain memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Anak Tuna Laras, tujuan lainnya yaitu mengetahui definisi dari perilaku ngelem yang marak dilakukan oleh anak jalanan, jenis dan teknik ngelem serta mengetahui pengaruh yang ditimbulkan kebiasaan ngelem bagi kesehatan.Ngelematau sniffing merupakan kata yang sangat akrab terutama bagi anak yang hidup di jalanan. Istilah ngelem yakni menghirup uap lem hingga mabuk. Efeknya hampir mirip dengan jenis narkoba yang lain yakni menyebabkan halusinasi, sensasi melayang-layang dan rasa tenang. Selain bisa berhalusinasi, ngelem juga dianggap sebagai trend bagi komunitas mereka.Bukan hanya lem seperti lem Aica-Aibon da U-hu, beberapa produk rumah tangga yang masuk dalam kategori inhalant, seperti penghapus cat kuku juga bisa disalahgunakan untuk mabuk-mabukan. Setelah ditelusuri lebih dalam lagi, diketahui beberapa faktor penyebab anak jalanan memiliki ketergantungan terhadap ngelem. Pertama, ngelem merupakan sebagai pelarian terhadap adanya gangguan karakter pada diri anak, seperti marah, suntuk, kesal dan lain-lain. Kedua, dengan ngelem membuktikan bahwa anak diterima dalam pergaulan ataupun komunitas. Ketiga, dengan ngelem memungkinkan untuk menghilangkan rasa lapar, kelelahan dan juga rasa sakit terhadap penyakit yang dideritanya secara fisik. Dan secara psikis bisa menghilangkan rasa cemas, depresi dan stress menghadapi faktor sosial. Keempat, ngelemjuga merupakan perwujudan dari sifat-sifat penyimpangan dari norma-norma sosial yang ada.Akibat dari kebiasaan ngelem ini juga tak main-main, efek jangka pendek dan jangka panjang seperti denyut jantung meningkat, halusinasi, kerusakan otak bahkan resiko kematian. Selain itu, perlunya upaya untuk mengurangi jumlah anak jalanan yang ngelem, baik itu berasal dari pemerintah, keluarga, LSM dan pihak lainnya.
Kata kunci       :ngelem, inhalen, anak jalanan, tradisi anak jalanan, masalah sosial.




PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
         Fenomena kebiasaan ngelem di kalangan anak jalanan merupakan suatu bukti bahwa negara kita masih belum mampu untuk mengentas kemiskinan di negara kita. Hal ini terjadi karena anak jalanan yang melakukan ngelem sebagai pelarian dari beban hidup yang mereka alami. Mereka menghadapi berbagai permasalahan misalnyaeksploitasi terhadap anak jalanan itu sendiri, antara lain eksploitasi secara ekonomi dan eksploitasi secara seksual. Faktanya, banyak ditemukan kasus kekerasan, pelecehan dan pembunuhan terhadap anak jalanan. Faktor kondisi sosial ekonomi merupakan faktor dominan yang menjadi penyebab munculnya anak jalanan. Sebagian besar dari mereka memilliki perasaan berat dalam menghadapi kehidupan. Hal ini dapat menimbulkan beberapa kebiasaan atau perilaku menyimpang, salah satunya kebiasaan ngelem.
         Ngelem bukan lagi menjadi kata yang asing bagi anak yang hidup di jalanan. Bahkan kebiasaan ini sudah menjadi tradisi di kalangan anak jalanan. Mereka menggunakan lem sebagai sarana pelarian dari kondisi atau kenyataan yang harus mereka hadapi. Ngelem juga dianggap sebagai sarana pemersatu sosial mereka. Ngelem memiliki makna tersendiri bagi komunitas mereka. Ngelem tidak hanya sekedar menahan lapar, bahkan mereka lebih memilih untuk tidak membeli makanan daripada tidak ngelem. Hal ini menunjukkan bahwa dampak kecanduan lem telah mempengaruhi  pola hidup anak jalanan.
         Ngelem atau sniffing adalah sejenis narkoba yang umumnya digunakan oleh anak jalanan dengan menghirup benda-benda sejenis lem, zat pelarut (thinner cat), lem kambing (aibon) atau zat lain sejenisnya untuk mencari ketenangan dan kesenangan. Selain bisa berhalusinasi, ngelem ternyata dianggap sebagai trend bagi komunitas mereka. Beberapa faktor yangmendasari mereka hingga memiliki kebiasaan ngelem, antara lain sebagai sarana pelarian, sebagai pembuktian bahwa mereka diterima dalam pergaulan,dan beberapa faktor lainnya.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa definisi dari kebiasaanngelem di kalangan anak jalanan?
2.      Bagaimana pengaruh ngelem bagi kesehatan?
3.      Upaya apa yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan ngelem bagi anak jalanan?

C.    TUJUAN
1.      MemenuhitugasmatakuliahPendidikan Anak Tuna Laras dengandosenpengampuBapak Drs. Ibnu Syamsi
2.      Mengetahuidefinisi dari kebiasaanngelem yang sudah menjadi tradisi dikalangan anak jalanan dan mengetahuifaktor-faktor penyebab kebiasaanngelem
3.      Mengetahuidampak negatif kebiasaanngelem bagi kesehatan
4.      Mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan kebiasaan ngelem bagi anak jalanan.





PEMBAHASAN

A.    DEFINISI PERILAKU NGELEM DIKALANGAN ANAK JALANAN
Ngelem atau Sniffingadalah sejenis narkoba yang umumnya digunakan oleh anak jalanan dengan menghirup benda-benda sejenis lem, zat pelarut, dan zat lain yang tergolong dalam inhalen untuk mencari ketenangan dan kesenangan. Inhalen merupakan produk yang mudah didapat dipasaran seperti bensin, pernis, aseton untuk pembersih warna kuku, lem aibon, freon dan menghasilkan uap dari pelarut organik yang sangat mudah menguap. Uap dan gas dari inhalen tersebut yang sering digunakan oleh anak jalanan. Kebanyakan anak jalanan melakukan kebiasaan ngelem ini sebagai pelarian dari berbagai beban yang mereka alami. Dengan ngelem mereka dapat menghilangkan sejenak semua beban hidup mereka. Tidak hanya itu, ngelem kini telah menjadi tradisi dikalangan anak jalanan sebagai bukti bahwa mereka diterima di komunitas mereka.
Ngelem dapat membuat anak tersebut menjadi fly, sensasi fly ini membuat mereka merasa bahagia. Dalam kondisi ini mereka bisa berkhayal mengenai apapun dan sejenak mengalihkan perhatian mereka dari kerasnya hidup yang harus dijalani. Ternyata, di lapangan ngelem dapat dibedakan menjadi beberapa tahap dilihat dari jumlah penggunaan inhalen. Ada dua tahap berdasarkan lamanya kebiasaan ngelem ini dilakukan, yaitu:
1.      Tahap beginner, anak jalanan dapat menghabiskan lima sampai sembilan kaleng kecil lem Aibon.
2.      Tahap advance, dapat menhabiskan hingga tiga puluh kaleng kecil per-harinya. Padahal harga lem Aibon per kaleng kecil sekitar Rp 1.500,- sampai Rp 2.000,-.
Tidak hanya ngelem, beberapa anak jalanan juga kecanduan obat-obatan, mulai dari obat batuk murahan hingga pil koplo. Mereka juga sering meminum minuman keras yang dioplos dengan minuman bersoda, seperti Coca-cola. Kebiasaan ngelem itu sendiri, kini telah menjadi alat pemersatu sosial mereka. Banyak hubungan yang dimiliki anak-anak jalanan sangat terkait dengan upaya mendapatkan lem. Biasanya, mereka membeli lem tersebut dengan uang hasil jerih payah mereka sendiri. Bahkan, banyak juga yang membeli lem secara patungan dengan sesama anak jalanan.
Menurut Roy Gigengak (2006) mengemukakan bahwa : “Yang paling mengejutkan dalam penelitian adalah penggunaan lem dan campuran obat-obatan sebagai narkoba sangat penting bagi mereka. Itu menjadi pusat dari apa yang mereka lakukan.Ngelem mempunyai makna lebih dari sekedar penggunaan narkoba. Terlalu sering aktivis kemanusiaan memandang ngelem sebagai perbuatan misalnya untuk melupakan rasa lapar. Tetapi, sering justru bertolak belakang dari itu”.Ngelem juga dianggap sebagai pemersatu sosial antara anak jalanan. Bahkan hubungan baik terjalin antar sesama anak jalanan terkait dengan upaya mendapatkan lem. Bahkan mereka lebih memilih tidak membeli makanan daripada tidak ngelem. Hal ini membuktikan bahwa dampak kecanduan lem tersebuut sangat berpengaruh dalam pola hidup mereka.
Teknik ngelempun ada beberapa macam, dapat melalui hidung atau melalui mulut, antara lain:
1.      Dengan dihirup (sniffing) atau snorting dari uap atau asap inhalan tersebut. Anak jalanan menggunakan teknik ini dengan cara membuka bagian atas kaleng kemuadian dihirup langsung uapnya;
2.      Menyemprotkan langsung kehidung atau mulut, efeknya lebih kuat dibandingkan dengan dihirup. Jenis zat yang digunakan yaitu zat inhalan yang bewujud cair, seperti freon, aseton dll;
3.      Teknik bagging yaitu menghirup atau menghisap uap dari zat yang telah disemprotkan atau ditampung kedalam kantung plastik atau kantung kertas. Teknik ini merupakan teknik yang sering dipakai oleh anak jalanan;
4.      Teknik huffing yaitu menghisap melalui bahan kain yang telah direndam kedalam zat inhalan.
5.      Menghisap dari balon yang telah diisi oksida nitrit.

Faktor-faktor yang mendasari anak jalanan melakukan kebiasaan ngelem ini, antara lain:
1.      Ngelem menjadi sarana pelarian terhadap adanya ganguan karakter pada diri anak, seperti marah, suntuk, kesal dan lain sebagainya;
2.      Ngelem dapat membuktikan seorang anak diterima dalam pergaulan ataupun komunitas. Di mana seorang anak jalanan yang tidak ngelem akan dijuluki pengecut atau tidak gaul, dan juga adanya tekanan sosialkultural seperti bangga bila ngelem.
3.      Secara fisik, ngelem memungkinkan untuk menghilangkan rasa lapar, kelelahan dan juga rasa sakit terhadap penyakit yang dideritanya. Sedangkan secara psikis, ngelem dapat menghilangkan rasa cemas, depresi dan stress menghadapi faktor sosial.
4.      Ngelem juga merupakan perwujudan dari sifat-sifat penyimpangan dari norma-norma sosial yang ada.

B.     DAMPAK PERILAKU NGELEM TERHADAP KESEHATAN
Ngelem merupakan suatu kegiatan menghirup aroma lem secara kontinyu sehingga adanya perubahan pada emosional. Zat yang biasa digunakan untuk ngelem merupakan zat yang termasuk dalam kategori inhalan. Inhalan merupakan produk yang mudah didapat di pasaran seperti bensin, pernis, aseton untuk pembersih warna kuku, freon, lem Aibon, freon dan menghasilkan uap dari pelarut organik yang sangat mudah menguap. Uap dari zat tersebut sering disalahgunakan oleh anak jalanan, misalnya dengan menghirup uap dan gasnya yang dapat menyebabkan kerusakan serius bahkan kematian. Inhalan mengandung bahan kimia yang bertindak sebagai depresan. Depresan dapat memperlambat sistem syaraf pusat, mempengaruhi koordinasi gerakan anggota badan dan konsentrasi pikiran.
Inhalan dapat mempegaruhi otak dengan kecepatan dan kekuatan yang jauh lebih besar dari zat lain, hal ini dapat mengakibatkan kerusakan fisik dan mental yang tidak dapat disembuhkan. Mati lemas dan mati secara tiba-tiba dapat terjadi, walaupun ngelem baru dilakukan pertama kali.Dalam dosis awal yang kecil, inhalan dapat menginhibisi dan menyebabkan perasaan euphoria, kegembiraan, dan sensasi yang mengambang dan menyenangkan. Gejala psikologis lain pada dosis tinggi dapat berupa rasa ketakutan, ilusi sensorik, halusinasi auditoris dan visual dan distorsi ukuran tubuh. Gejala neurologis dapat termasuk bicara yang tidak jelas, seperti menggumam, penurunan kecepatan bicara, dan ataxia.
Pengaruh langsung pemakaian inhalen, antara lain:
a.       Dengan cepat kepala diserang rasa pusing
b.      Sedikit stimulasi
c.       Nafas berbau
d.      Sakit kepala
e.       Kurangnya koordinasi gerakan anggota badan
f.       Mati rasa pada tangan dan kaki
g.      Mual dan muntah-muntah
Bahaya penggunaan inhalan dalam jangka panjang dapat menyebabkan irritabilitas, labilitas emosi, gangguan ingatan, kejang pada anggota badan, kerusakan sumsum tulanng dan kerusakan hati dan ginjal. Sindroma putus inhalan tidak sering terjadi, kalaupun ada muncul dalam bentuk susah tidur, irritabilitas, kegugupan, berkeringat, mual, muntah, takikardia, dan kadang-kadang disertai halusinasi.
Kidshealth.org (2011) menyatakan bahwa anak jalanan yang sering ngelem dengan anak yang tidak ngelem dapat diketahui dari ciri-ciri yang mereka miliki. Tanda-tanda anak jalanan pemakai inhalan antara lain:
1.      Mata merah, berkaca-kaca atau berair
2.      Pengucapan kata-kata yang lambat, bergumam kental dan tidak jelas
3.      Terdapat noda cat pada tangan dan sekitar mulut
4.      Terlihat seperti orang mabuk
5.      Bau bahan kimia di dalam ruangan
6.      Bau mulut yang tidak biasa
Selain itu,ngelem dapat memberikan efek fatal jika telah melewati ambang batas yang bisa ditoleransi oleh tubuh. Uap lem dan thinner bisa membunuh dalam seketika dengan mekanisme sebagai berikut:
1.      Sudden sniffing death, yaitu kematian mendadak saat menghirup uap pelarut. Umumnya disebabkan oleh sabotase fungsi jantung. Gejala awalnya adalah denyut nadi meningkat dan tidak teratur, lalu tak lama kemudian berhenti untuk selamanya.
2.      Asphyxia.
Uap solven juga biasa mengikat oksigen di sistem pernapasan dan memicu asphyxia atau kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak.
3.      Sesak napas.
Di kalangan anak jalanan, aktivitas ngelem sering dilakukan denga kepala ditutup tas plastik agar uap tidak menyebar kemana-mana. Ketika tubuh sudah terpengaruh uap pelarut, si anak jalanan tidak bisa melepas sendiri plastik penutup tersebut dan akan mati lemas jika tidak ada temannya yang menolong.
4.      Bunuh diri.
Depresi dan halusinasi merupakan dampak serius dari uap solven. Dampak ini bisa membunuh seseorang jika orang itu kemudian tergerak untuk melakukan bunuh diri dalam kondisi kejiwaan yang sedang kacau.

C.    UPAYA MENGURANGI JUMLAH  ANAK JALANAN YANG NGELEM
Kebiasaan ngelem yang biasa dilakukan oleh anak jalanan memang termasuk dalam masalah yang serius dan harus segera ditanggulangi karena dapat berakibat buruk bagi kesehatan mereka. Artinya, disini perlu sebuah institusi yang secara maksimal menangani persoalan ini, dalam hal ini Negara. Negara berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah untuk melindungi dan mencegah anak dari penyalahgunaan zat aditif. Fakta menunjukkan, belum ada langkah-langkah ataupun upaya yang dilakukan Negara untuk melindungi dan mencegah terhadap anak jalanan yang ngelem. Sebenarnya, upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah anak jalanan yang ngelem, dikembalikan kepada seberapa besarnya upaya pemerintah untuk mengentaskan anak jalanan. Permasalahan yang selalu diungkapkan pemerintah selalu kembali ke permasalahan dana. Selain itu, tindakan pemerintah yang merazia dan menangkapi anak jalanan dinilai tidak memberikan kontribusi yang baik terhadap permasalahan anak jalanan itu sendiri.
Pemerintah juga seharusnya memperhatikan bagaimana cara agar hak-hak mereka terpenuhi. Usaha-usaha represif haruslah dihindari dan menjadi cara terakhir dalam menertibkan anak jalanan. Cara tersebut sangat tidak baik bagi perkembangan mental anak jalanan. Penyelesaian masalah anak jalanan ini dinilai tidak efektif jika hanya sebatas ditertibkan. Hal itu menjadi sia-sia jika akar permasalahan yakni kemiskinan tidak mampu tertangani oleh pemerintah.
Selain pemerintah, keluarga sebagai institusi terkecil dari proses pembinaan anak tersebut memiliki posisi sentral. Di mana peran keluarga memiliki kontribusi yang cukup signifikan dalam memberikan peluang untuk anak. Hal ini disadari bahwa, hampir seluruh anak jalanan yang ngelem berasal dari keluarga yang hancur. Di samping broken home, peran kontrol dari keluarga juga tidak kelihatan, di mana orang tua tidak peduli jika anaknya kecanduan atau ketergantungan terhadap lem dan mereka menganggap ini merupakan masalah yang lumrah.
Selain itu, para aktivis juga perlu melakukan pendekatan terhadap anak jalanan yang ngelem. Dengan adanya pendekatan tersebut, anak sedikit demi sedikit akan menceritakan apa yang menyebabkan ia melakukan kebiasaan ngelem itu. Setelah diketahui apa penyebab ngelem anak tersebut, Beberapa LSM juga perlu melakukan upaya-upaya untuk mengurangi jumlah anak yang ngelem. Upaya tersebut dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama dengan beberapa LSM dan Badan Narkotika Nasional untuk melakukan penyuluhan terhadap masyarakat dan juga anak jalanan secara kontinyu. Kemudian, LSM dan beberapa lembaga lain dapat memberikan pembekalan keterampilan untuk mengisi kekosongan waktu. Adanya penyuluhan kepada kepada masyarakat dilakukan untuk mengurangi jumlah anak jalanan yang ngelem dengan cara  menegur mereka secara langsung.




PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Definisi Kebiasaan “Ngelem”
Ngelem atau Sniffing adalah sejenis narkoba yang umumnya digunakan oleh anak jalanan dengan menghirup benda-benda sejenis lem, zat pelarut, dan zat lain yang tergolong dalam inhalen untuk mencari ketenangan dan kesenangan. Ngelem dapat membuat anak tersebut menjadi fly, sensasi fly ini membuat mereka merasa bahagia. Dalam kondisi ini mereka bisa berkhayal mengenai apapun dan sejenak mengalihkan perhatian mereka dari kerasnya hidup yang harus dijalani. Ada dua macam teknik ngelem, yaitu melalui hidung dan mulut. Faktor pendorong perilaku ngelem antara lain, sebagai sarana pelarian, pembuktian bahwa anak jalanan diterima di komunitas mereka, dan menghilangkan rasa lapar serta rasa sakit.

2. Dampak Kebiasaan “Ngelem” Bagi Kesehatan
                        Zat yang biasa digunakan untuk ngelem merupakan zat yang termasuk dalam kategori inhalan. Inhalan mengandung bahan kimia yang bertindak sebagai depresan. Depresan dapat memperlambat sistem syaraf pusat, mempengaruhi koordinasi gerakan anggota badan dan konsentrasi pikiran. Kebiasaan ngelem juga berakibat pada jangka pendek dan jangka panjang. Efek jangka pendeknya antara lain pusing, nafas berbau, sakit kepala, mati rasa pada tangan dan kaki, serta mual dan muntah-muntah. Sedangkan efek jangka panjangnya, antara lain irritabilitas, labilitas emosi, gangguan ingatan, kejang, kerusakan sumsum tulang, kerusakan hati dan ginjal, bahkan resiko kematian.
3. Upaya untuk Mengurangi Anak Jalanan yang “Ngelem”
                        Pemerintah seharusnya memiliki kewajiban untuk  melindungi dan mencegah terhadap anak jalanan yang ngelem. Namun, belum ada tindakan tegas dari pemerintah karena adanya masalah dana. Keluarga sebagai institusi terkecil dari proses pembinaan anak tersebut memiliki posisi sentral. Di mana peran keluarga memiliki kontribusi yang cukup signifikan dalam memberikan peluang untuk anak mengurangi bahkan meninggalkan kebiasaan ngelem ini. Selain itu, beberapa LSM dan Badan Narkotika Nasional juga perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat, agar masyarakat dapat ikut berperan dalam mengurangi jumlah anak jalanan yang memiliki kebiasaan ngelem ini.

B. SARAN
1.    Pemerintah perlu memeperhatikan kesejahteraan rakyatnya, khususnya kalangan menengah kebawah
2.    Pemerintah seharusnya dapat melindungi rakyatnya dan menjamin hak-hak warga negaranya sesuai dengan  UUD 1945
3.    Keluarga hendaknya memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya, sehingga anak-anak tidak menjadi korban dari orang tua mereka, serta mendapatkan hak mereka untuk mendapatkan ilmu.
4.    Pihak keluarga seharusnya perlu melakukan kontrol terhadap anak agar tidak terjerumus kedalam kebiasaan yang buruk, dalam hal ini kebiasaan ngelem.
5.    Masyarakat perlu bekerjasama dengan berbagai LSM untuk membantu mengurangi jumlah anak jalanan yang ngelem.



DAFTAR PUSTAKA

Suyanto, Bagong. (2010). MasalahSosialAnak. Jakarta: Kencana
Zubaedi.(2004). PendidikanBerbasisMasyarakat. Yogyakarta: PustakaPelajar
Sarwono, Sarlito, Wirawan. (2006).PsikologiRemaja. Jakarta: RajawaliPers
http://umisatiti.blog.uns.ac.id/diaksespadatanggal26 Maret 2011
http://sumeks.co.id/diaksespadatanggal26 Maret 2011
http://kangjacko.multiply.com/diaksespadatanggal26 Maret 2011
http://m.detik.comdiaksespadatanggal26 Maret 2011
http://kksp.or.id/diaksespadatanggal26 Maret 2011





Tidak ada komentar: