Kamis, 05 Januari 2012

KARAKTERISTIK ANAK BERBAKAT



1.      Karakteristik intelektual/kognitif
a.      Kuantitas informasi yang luar biasa
b.      Pemahaman pada tingkat lanjut
c.       Minat dan keinginantahuan sangat bervariasi
d.     Tingkat perkembangan bahasanya tinggi
e.      Tingkat kemampuan verbalnya tinggi
f.        Kapasitas memproses informasi luar biasa
g.      Kecepatan yang tinggi dalam proses berpikir
h.      Proses berpikir yang fleksibel
i.        Kemampuan sintesa yang komprehensif
j.        Kemampuan yang dini untuk menunda wacana
k.      Kapasitas yang tinggi untuk melihat hubungan yang luar biasa dan bervariasi
l.        Kemampuan untuk menghasilkan ide dan solusi yang orisinil
m.   Pola yang berbeda lebih awal untuk proses berpikir (misalnya:
n.      berpikir dalam alternatif, membuat generalisasi)
o.      Kemampuan dini untuk menggunakan dan membentuk kerangka konseptual
p.     Memiliki suatu pendekatan evaluatif terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
q.      Persisten, perilaku diarahkan oleh tujuan

2.      Karakteristik afektif (perasaan)
a.      Akumulasi informasi yang besar tentang emosi yang belum dibawa ke dalam kesadaran
b.      Sensitivitas yang luar biasa terhadap harapan dan perasaan terhadap orang lain
c.       Rasa humor yang tinggi
d.     Kesadaran diri yang tinggi yang dibarengi oleh rasa berbeda dengan orang lain.
e.      Idealisme dan rasa keadilan, yang muncul pada usia dini.
f.        Perkembangan dini inner locus of control dan kepuasan
g.      Kedalaman dan intensitas emosi yang luar biasa
h.      Harapan yang tinggi terhadap diri sendiri dan orang lain, sering mengarahkan kepada tingkat frustasi yang tinggi dengan dirinya sendiri, orang lain, dan situasi.
i.        Perfeksionisme
j.        Kebutuhan yang kuat untuk konsistensi antara nilai yang abstrak dan tindakan pribadi
k.      Tingkat pertimbangan moral yang tinggi.
3.      Karakteristik fisik
a.      Kuantitas input yang luar biasa dari lingkungan melalui kesadaran sensosoris yang tinggi
b.      Kesenjangan yang luar biasa antara perkembangan fisik dan intelektual
c.       Toleransi yang rendah terhadap kesenjangan antara standar- standar dan keterampilan atletik
d.     “Cartesian split” – dapat mencakup penolakan makhluk fisik dan penolakan terhadap kegiatan fisik

4.      Karakteristik intuisi
a.      Keterlibatan dan kepedulian yang dini terhadap pengetahuan intuitif dan ide-ide dan fenomena metafisik.
b.      Terbuka terhadap pengalaman di bidang ini (intuisi); akan bereksperimen dengan fenomena psikis dan metapsikis.
c.       Kreativitas nampak di semua bidang usaha.

5.      Karakteristik sosial
a.      Sangat termotivasi oleh kebutuhan aktualisasi diri.
b.      Kapasitas kognitif dan afektif yang maju untuk konseptualisasi dan pemecahan masalah sosial.
c.       Kepemimpinan.
d.     Pemecahan masalah sosial dan lingkungan.
e.      Keterlibatan pada meta-needs masyarakat.(e.g. keadilan, keindahan, kebenaran).
Anak berbakat cenderung bersifat fleksibel misalnya tidak terikat oleh pemikiran yang dasar seperti yang dimiliki oleh anak seusianya. Sehingga menimbulkan cartesian split yang membuat anak tidak mau diakomodasi karena memiliki keberanian dalam melakukan penolakan. Selain itu, anak berbakat juga memiliki kemampuan evaluatif yaitu dapat mengkoreksi diri sendiri, kekurangan diri sendiri dan orang lain, dan juga dalam evaluasi anak berbakat cenderung perfeksionis. Dengan adanya kemampuan yang dimiliki anak berbakat diatas, perlunya pengendalian emosi dan aktualisasi anak berbakat. Namun, yang perlu diutamakan adalah pengendalian emosi anak berbakat terlebih dahulu agar tertata sehingga aktualisasi dalam dirinya akan timbul.
Dari pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa anak berbakat memiliki karakteristik positif dan memiliki nilai yang sangat unggul. Anak yang mempunyai bakat sudah menunjukkan keterampilan sejak dini dan selalu mempunyai inisiatif untuk maju, sehingga mereka terlihat aktif, agresif, dan selalu mempunyai ide-ide cemerlang. Anak berbakat akan tampak benar-benar berbeda dengan anak lainnya yang tidak mempunyai bakat meskipun anak yang tidak berbakat juga mempunyai ciri yang tidak jauh berbeda dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh anak yang tidak berbakat. Umumnya, mereka juga mempunyai ciri-ciri yang positif seperti tampak pada anak yang berbakat. Hanya saja, anak yang berbakat mempunyai nilai positif yang lebih derajatnya tinggi dibanding anak yang tidak mempunyai bakat. 

SEJARAH LAYANAN PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT




A.    Jaman Yunani dan Romawi Kuno
1.      Yunani
a.       Jaman Sparta
Pendidikan Sparta diarahkan untuk keberhasilan militer. Oleh karena itu keterampilan militer dinilai secara ekslusif. Semua anak laki-laki usia tujuh tahun menerima sekolah dan latihan di bidang seni pertempuran dan perang, tetapi anak wanita dilatih atletik untuk tinggal dirumah. Karena itulah keberbakatan didefinisikan berkenaan dengan keterampilan perang dan kepemimpinan.
b.      Jaman Athena
Filosof Athena, Plato berargumentasi bahwa suatu aturan sosial lebih baik dicapai, jika yang memerintah dipilih dari orang-orang yang sangat mampu secara intelektual. Pendidikan di Athena memandang penting literasi, musik dan keterampilan fisik. Orang Athena kelas atas mengirimkan anak laki-lakinya ke sekolah swasta. Sedangkan akademi Plato memberikan bebas biaya dan memilih pria dan wanita muda berdasarkan intelegensi dan stamina fisik, bukan posisi sosial.
2.      Roma
Pendidikan di Roma berbeda dengan di Yunani yang penekanannya lebih kuat pada administrasi , arsitek, dan perekayasaan (engineering). Perbedaan lain yang lebih penting adalah, masyarakat Roma memilih sikap yang lebih liberal kepada wanita. Skap ini dapat memunculkan wanita erbakat seperti Cornelia, sebagai negarawan dan pembaharu sosial. Dan wanita Roma sangat berpengaruh terhadap sifat masyarakatnya.

B.     Jaman Pertengahan (500-1500)
Pendidikan anak berbakat dimaksudkan untuk pemimpin Renaissance dengan mengambil program pendidikan ditingkat universitas. Kurikulum yang dikembangkan sudah diperluas, antara lain tatabahasa, retorika, logika, berhitung, geometri, astronomi, dan musik, yang semuanya disiapkan untuk mata pelajaran tertinggi, yaitu Teologi. Pada tahin 1100-1500 di Eropa muncul sekolah, buku-buku, dan metode instruksional, serta pendirian universitas di kota-kota besar.

C.     Periode Renaissance di Eropa (1300-1700)
Di periode ini menghasilkan seni, arsitek, dan literatur yang hebat. Pemerintah yang kuat dan sehat memberikan hadiah kepada anak berbakat secara kreatif dengan kekayaan dan penghargaan. Orang-orang seperti Michelangelo, da vinci, Dante dicari dan didukung secara baik. Selama periode ini, kekaisaran Turki di Eropa Tenggara memberikan contoh lain tentang pendidikan anak berbakat. Pemuda-pemuda Kristen yang berbakat diberikan pendidikan yang intensif tentang ajaran Muhammad, sama pentingnya dnegan sejrah, metode perang, sains dan seni.

D.    Jaman China
     Dinasti Tang pada 618 SM menempatkan nilai tertinggi kepada anak-anak dan pemuda berbakat. Anak-anak ajaib dikirim ke istana, dimana keberbakatannya dihargai dan dipelihara. Tsuin Chen (1961) China secara historis mengantisipasi empat prinsip modern pendidikan bagi anak berbakat, antara lain:
1.      Prinsip mencakup konsep keberbakatan yang memiliki bakat jamak (kepemimpinan, kemampuan literasi, imaginasi dan originalitas dan kemampuan perceptual.)
2.      Pengakuan terhadap :
a.       Pemuda dewasa yang cepat tumbuh menjadi orang dewasa biasa,
b.      Pemuda yang nampak rata-rata yang muncul berbakat belakangan,
c.       Anak yang memiliki kecermelangan yang sesungguhnya nampak menunjukkan keberbakatannya.
3.      Cina pada awalnya mengakui bahwa kemampuan bahkan anak berbakat tidak akan berkembang secar penuh tanpa latihan khusus.
4.      Adanya kepercayaan ajara Confensius bahwa pendidikan untuk semua strata sosial, tanpa diskriminasi, tetapi individu yang memiliki kapasitas intelektual berbeda seharusnya dididik dengan cara yang berbeda.

E.     Jepang
Masyarakat Tokugawa (1604-1868), ada beberapa tipe sistem persekolahan yang berbeda, semua diajar kurikulum Confusius yang bertujuan untuk penanaman nilai-nilai moral untuk pengembangan karakter. Anak bangsawan menerima pelatihan bidang Klasik Konfusius, seni berperangm sejarah, mengarang, kaligrafi, nilai moral dan etiket. Sementara itu anak desa diajarkan untuk menghargai loyalitas, kepatuhan, kerendahan hati, dan ketekunan.

F.      Inggris
Pendidikan anak berbakat tidak tidak dilayani secra terpisah, kecuali untuk bidang musik dan ballet. Dengan demikian guru dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang memiliki keunggulan, serta mampu memberikan bantuan apapun yang dapat memenuhi pertumbuhan dan perkembangannya.

G.    Rusia
Setelah revolusi Bolshevik tahun 1917, sistem pendidikan Soviet mengadopsi kebijakan pengelompokan heterogen. Sehingga tidak diperkenankan layanan khusus bagi anak berbakat. Menurut Conny Semiawan (1996) pendidikan anak berbakat dapat dilakukan dalam kondisi homogen dan heterogen, yang penting bagaimana mendesain program yang berdiferensiasi, demikian pula strategi penanganannya harus disesuaikan dengan kondisi siswa berbakat. Sekolah-sekolah khusus di Rusia justru dapat membuat anak menjadi individu yang memiliki sifat egoistis antikolektivitas, dan snowbistis.

H.    Amerika Serikat
1.      Awal sejarah
Pada 240 tahun pertama dari sejarah pendidikan menunjukkan sedikit parhatian terhadap pendidikan anak berbakat. Pemimpin yang berbakat tentu merupakan imigran yang terlahir dan dibesarkan di negara asalnya, bukan di Amerika. Pada tahun 1866, sekolah-sekolah lokal di Elizabeth, New Jersey, memperkenalkan rencana multiple-track yang memberikan layanan pendidikan untuk siswa berbakat dan lambat belajar
2.      Usaha Pendidikan Pasca Perang
Kemajuan ilmiah pada PD II mengarahkan pengakuan masyarakat Amerika akan kebutuhan para ilmuwan dan teknisi berbakat, agar bangsa dapat berkompetisi dengan negara-negara lain dalam suatu era teknologi. Setelah Sputnik 1957 diluncurkan oleh the Soviet Union, secara mendadak membangkitkan semangat baru bangsa AS terhadap kehadiran pendidikan anak berbakat.
3.      Tindakan Legislatif
Pada tahun 1970 Kongres memandatkan bahwa Pemberian layanan yang berkenaan dengan anak-anak berbakat ditambahkan pada Amandemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Dari upaya legislatif inilah, akhirnya layanan pendidikan anak berbakat mendapatkan dukungan dana yang memadai, bahkan juga layanan pendidikan gurunya pada Undang-Undang Pendidikan Tinggi.
4.      Proyeksi untuk Masa depan
Disadari akan kondisi obyektif prestasi siswa AS yang jauh dibandingkan dengan negara maju lainnya, terutama Uni Soviet dan Jepang dalam bidang matematika dan Sains pada jenjang pendidiakan dasar dan menengah, maka AS pada tahun 1983 mempublikasikan suatu laporan finalnya dengan judul A Nation at Risk. Temuan-temuan komisi mencakup tuntutan kurikulum yang menurun, harapan siswa yang rendah, penggunaan waktu sekolah yang tidak efektif, dan ketidakmampuan bidang yang sedang diajarkan untuk menarik anak-anak berbakat.

I.       Indonesia
Pada tahun 1970-an, tepatnya dimulai tahun 1974, Indonesia telah menaruh perhatian terhadap anak berkemampuan unggul dengan pemberian beasiswa. Sayangnya program ini belum terprogram dengan rapi, sehingga hasilnyapun belum bisa ditunjukkan secara meyakinkan. Pada tahun 1980-an, pemerintah melalui Balitbang Dikbud, Depdikbud telah menyelenggarakan identifikasi anak berbakat pada semua jenjang. Program secara konkrit dimulai tahun 1982, namun berakhir pada tahun 1986, karena alasan finansiil.
Pada tahun 1990-an, sekelompok perwira tinggi ABRI dalam kerja sama dengan perguruan Taman Siswa, mendirikan SMA Taruna Nusantara. Tujuannya adalah mendidik anak-anak berbakat unggul dengan menjaring lulusan SMP dari ranking 1 sampai 10. Sekolah ini memberikan kesempatan kepada anak bangsa yang tersebar di seluruh Indonesia. Banyak bukti keberhasilan yang ditunjukkan oleh sekolah ini, sehingga sekolah ini memberikan dorongan baru kepada daerah-daerah untuk mendirikan sekolah yang sejenis.Pada tahun 2000-an, pemerintah mencoba mengembangkan program pendidikan untuk anak berbakat dengan alternatif program pendidikan akselerasi, yang dikategorikan untuk jenjang pendidikan SD, SMP dan SMU.