A.
Jaman Yunani dan Romawi Kuno
1. Yunani
a. Jaman
Sparta
Pendidikan Sparta
diarahkan untuk keberhasilan militer. Oleh karena itu keterampilan militer
dinilai secara ekslusif. Semua anak laki-laki usia tujuh tahun menerima sekolah
dan latihan di bidang seni pertempuran dan perang, tetapi anak wanita dilatih
atletik untuk tinggal dirumah. Karena itulah keberbakatan didefinisikan berkenaan
dengan keterampilan perang dan kepemimpinan.
b. Jaman
Athena
Filosof Athena, Plato
berargumentasi bahwa suatu aturan sosial lebih baik dicapai, jika yang
memerintah dipilih dari orang-orang yang sangat mampu secara intelektual.
Pendidikan di Athena memandang penting literasi, musik dan keterampilan fisik.
Orang Athena kelas atas mengirimkan anak laki-lakinya ke sekolah swasta.
Sedangkan akademi Plato memberikan bebas biaya dan memilih pria dan wanita muda
berdasarkan intelegensi dan stamina fisik, bukan posisi sosial.
2. Roma
Pendidikan di Roma
berbeda dengan di Yunani yang penekanannya lebih kuat pada administrasi ,
arsitek, dan perekayasaan (engineering). Perbedaan lain yang lebih penting
adalah, masyarakat Roma memilih sikap yang lebih liberal kepada wanita. Skap
ini dapat memunculkan wanita erbakat seperti Cornelia, sebagai negarawan dan
pembaharu sosial. Dan wanita Roma sangat berpengaruh terhadap sifat
masyarakatnya.
B.
Jaman Pertengahan (500-1500)
Pendidikan
anak berbakat dimaksudkan untuk pemimpin Renaissance dengan mengambil program
pendidikan ditingkat universitas. Kurikulum yang dikembangkan sudah diperluas,
antara lain tatabahasa, retorika, logika, berhitung, geometri, astronomi, dan
musik, yang semuanya disiapkan untuk mata pelajaran tertinggi, yaitu Teologi.
Pada tahin 1100-1500 di Eropa muncul sekolah, buku-buku, dan metode
instruksional, serta pendirian universitas di kota-kota besar.
C.
Periode Renaissance di Eropa (1300-1700)
Di
periode ini menghasilkan seni, arsitek, dan literatur yang hebat. Pemerintah
yang kuat dan sehat memberikan hadiah kepada anak berbakat secara kreatif
dengan kekayaan dan penghargaan. Orang-orang seperti Michelangelo, da vinci,
Dante dicari dan didukung secara baik. Selama periode ini, kekaisaran Turki di
Eropa Tenggara memberikan contoh lain tentang pendidikan anak berbakat.
Pemuda-pemuda Kristen yang berbakat diberikan pendidikan yang intensif tentang
ajaran Muhammad, sama pentingnya dnegan sejrah, metode perang, sains dan seni.
D.
Jaman China
Dinasti Tang pada 618 SM menempatkan nilai
tertinggi kepada anak-anak dan pemuda berbakat. Anak-anak ajaib dikirim ke
istana, dimana keberbakatannya dihargai dan dipelihara. Tsuin Chen (1961) China
secara historis mengantisipasi empat prinsip modern pendidikan bagi anak
berbakat, antara lain:
1. Prinsip
mencakup konsep keberbakatan yang memiliki bakat jamak (kepemimpinan, kemampuan
literasi, imaginasi dan originalitas dan kemampuan perceptual.)
2. Pengakuan
terhadap :
a. Pemuda
dewasa yang cepat tumbuh menjadi orang dewasa biasa,
b. Pemuda
yang nampak rata-rata yang muncul berbakat belakangan,
c. Anak
yang memiliki kecermelangan yang sesungguhnya nampak menunjukkan
keberbakatannya.
3. Cina
pada awalnya mengakui bahwa kemampuan bahkan anak berbakat tidak akan
berkembang secar penuh tanpa latihan khusus.
4. Adanya
kepercayaan ajara Confensius bahwa pendidikan untuk semua strata sosial, tanpa
diskriminasi, tetapi individu yang memiliki kapasitas intelektual berbeda
seharusnya dididik dengan cara yang berbeda.
E.
Jepang
Masyarakat
Tokugawa (1604-1868), ada beberapa tipe sistem persekolahan yang berbeda, semua
diajar kurikulum Confusius yang bertujuan untuk penanaman nilai-nilai moral
untuk pengembangan karakter. Anak bangsawan menerima pelatihan bidang Klasik
Konfusius, seni berperangm sejarah, mengarang, kaligrafi, nilai moral dan
etiket. Sementara itu anak desa diajarkan untuk menghargai loyalitas,
kepatuhan, kerendahan hati, dan ketekunan.
F.
Inggris
Pendidikan
anak berbakat tidak tidak dilayani secra terpisah, kecuali untuk bidang musik
dan ballet. Dengan demikian guru dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa
yang memiliki keunggulan, serta mampu memberikan bantuan apapun yang dapat
memenuhi pertumbuhan dan perkembangannya.
G.
Rusia
Setelah
revolusi Bolshevik tahun 1917, sistem pendidikan Soviet mengadopsi kebijakan
pengelompokan heterogen. Sehingga tidak diperkenankan layanan khusus bagi anak
berbakat. Menurut Conny Semiawan (1996) pendidikan anak berbakat dapat
dilakukan dalam kondisi homogen dan heterogen, yang penting bagaimana mendesain
program yang berdiferensiasi, demikian pula strategi penanganannya harus
disesuaikan dengan kondisi siswa berbakat. Sekolah-sekolah khusus di Rusia
justru dapat membuat anak menjadi individu yang memiliki sifat egoistis
antikolektivitas, dan snowbistis.
H.
Amerika Serikat
1. Awal
sejarah
Pada 240 tahun pertama
dari sejarah pendidikan menunjukkan sedikit parhatian terhadap pendidikan anak
berbakat. Pemimpin yang berbakat tentu merupakan imigran yang terlahir dan
dibesarkan di negara asalnya, bukan di Amerika. Pada tahun 1866,
sekolah-sekolah lokal di Elizabeth, New Jersey, memperkenalkan rencana
multiple-track yang memberikan layanan pendidikan untuk siswa berbakat dan
lambat belajar
2. Usaha
Pendidikan Pasca Perang
Kemajuan ilmiah pada PD
II mengarahkan pengakuan masyarakat Amerika akan kebutuhan para ilmuwan dan
teknisi berbakat, agar bangsa dapat berkompetisi dengan negara-negara lain
dalam suatu era teknologi. Setelah Sputnik 1957 diluncurkan oleh the Soviet Union, secara mendadak
membangkitkan semangat baru bangsa AS terhadap kehadiran pendidikan anak
berbakat.
3. Tindakan
Legislatif
Pada tahun 1970 Kongres
memandatkan bahwa Pemberian layanan yang berkenaan dengan anak-anak berbakat
ditambahkan pada Amandemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Dari upaya legislatif
inilah, akhirnya layanan pendidikan anak berbakat mendapatkan dukungan dana
yang memadai, bahkan juga layanan pendidikan gurunya pada Undang-Undang
Pendidikan Tinggi.
4. Proyeksi
untuk Masa depan
Disadari akan kondisi
obyektif prestasi siswa AS yang jauh dibandingkan dengan negara maju lainnya,
terutama Uni Soviet dan Jepang dalam bidang matematika dan Sains pada jenjang
pendidiakan dasar dan menengah, maka AS pada tahun 1983 mempublikasikan suatu
laporan finalnya dengan judul A Nation at Risk. Temuan-temuan komisi mencakup
tuntutan kurikulum yang menurun, harapan siswa yang rendah, penggunaan waktu
sekolah yang tidak efektif, dan ketidakmampuan bidang yang sedang diajarkan
untuk menarik anak-anak berbakat.
I.
Indonesia
Pada
tahun 1970-an, tepatnya dimulai tahun 1974, Indonesia telah menaruh perhatian
terhadap anak berkemampuan unggul dengan pemberian beasiswa. Sayangnya program
ini belum terprogram dengan rapi, sehingga hasilnyapun belum bisa ditunjukkan secara
meyakinkan. Pada tahun 1980-an, pemerintah melalui Balitbang Dikbud, Depdikbud
telah menyelenggarakan identifikasi anak berbakat pada semua jenjang. Program
secara konkrit dimulai tahun 1982, namun berakhir pada tahun 1986, karena
alasan finansiil.
Pada
tahun 1990-an, sekelompok perwira tinggi ABRI dalam kerja sama dengan perguruan
Taman Siswa, mendirikan SMA Taruna Nusantara. Tujuannya adalah mendidik
anak-anak berbakat unggul dengan menjaring lulusan SMP dari ranking 1 sampai
10. Sekolah ini memberikan kesempatan kepada anak bangsa yang tersebar di
seluruh Indonesia. Banyak bukti keberhasilan yang ditunjukkan oleh sekolah ini,
sehingga sekolah ini memberikan dorongan baru kepada daerah-daerah untuk
mendirikan sekolah yang sejenis.Pada tahun 2000-an, pemerintah mencoba
mengembangkan program pendidikan untuk anak berbakat dengan alternatif program
pendidikan akselerasi, yang dikategorikan untuk jenjang pendidikan SD, SMP dan
SMU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar