Jumat, 09 Maret 2012

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN



MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Psikologi Pendidikan





JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011



DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………........……….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………........………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang……………….…………………………………...……..…………….1
B.     Rumusan Masalah……………….……………….………………...…….……………2
C.     Tujuan………..…………………………………………………………………….….2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Teori Belajar Humanistik………………………..……….……..…………3
B.     Tokoh-Tokoh Dalam Teori Humanistik………………………….…………….……...3
C.     Implikasi Teori Belajar Humanistik……………………………...……………………7
D.    Aplikasi Teori Belajar Humanistic Dalam Pembelajaran Siswa…………...…………8
E.     Tujuan Tori Belajar Humanisti…………………………………………….…………..9
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan…………………..…………………………………………...…………..11

DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Tujuan belajar menurut teori humanistik adalah memanusiakan manusia. Memanusiakan manusia dalam segala aspek kehidupan. Termasuk di dalamnya menghargai potensi dari masing-masing individu atau siswa. Pendidik harus mengupayakan keberhasilan peserta didik, tidak hanya ditunjang dari kecerdasan intelektulnya saja. Namun, juga sangat dipentingkan kecerdasan emosionalnya. Hal ini yang harus diperhatikan oleh pendidik pada umumnya. Pendidik yang memiliki peran cukup penting disamping peran orang tua yang utama, harus menempatkan posisi sesuai dengan tuntutannya.
Tujuan utama pendidik yaitu membantu siswanya untuk mengembangkan diri menuju kepada kedewasaan.  Menjadi pendidik harus memiliki sifat yang fasilitator. Memfasilitasi keperluan siswa dari segi model pembelajaran. Tidak menjadi sosok yang ditakuti oleh sisswa, tetapi seorang pendidik yang inspiratif harus mampu mengimbangi emosional peserta didik kemudian mampu untuk menempatkan diri seperti menjadi sahabat bagi siswa.
Berdasarkan sedikit paparan di atas, perlu kita ketahui bersama bahwa suatu hukuman(punishment) juga penting untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Jika siswa dibiarkan saja ketika melakukan kesalahan dan dengan alasan humanis, hal ini perlu kita cegah bersama. Humanis bukan anti hukuman terhadap siswa, justru dengan humanis, hukuman semakin dikuatkan bagi mereka yang melakukan kesalahan. Tantangan besar dari pendidik dalam proses pembelajaran yaitu salah satunya ketika peserta didik enggan atau bosan mengikuti pembelajaran. Akibatnya, siswa berisik sendiri dan tana menghiraukan pendidik. Pendidik harus peka terhadap persoalan ini. Kecerdasan emosional pendidik diuji di sini. Pendidik harus mampu meyakinkan kepada peserta didik dengan sikap yang ramah dan tetap tegas. Perilaku yang buruk itu sesungguhnya tidak lain adalah ketidakmampuan seorang anak untuk melakukan sesuatu yang tidak akan membefrikan kepuasan baginya. Begitu kutipan pendapat dari salah satu tokoh psikologi Arthur Combs.


B.       Rumusan Masalah
1)        Apa pengertian keseluruhan dari teori humanistik?
2)        Mengapa harus diterapkan teori belajar humanistik?
3)        Bagaimana pengaplikasiannya dalam proses pembelajaran?

C.      Tujuan
1)        Mengetahui pengertian teori belajar humanistik secara komprehensif
2)        Mengetahui manfaat mempelajari teori belajar humanistik
3)        Memahami pengaplikasian teori humanistik dalam proses pembelajaran, dan kemudian dibandingkan kelebihan apa jika diterapkan teori humanistik dalam pembelajaran.





BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Teori Humanistik
Menurut teori belajar humanistik tujuan belajar adalah memanusiakan manusia. Memanusiakan manusia, yakni untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal. Dal hal ini, teori humanistik bersifat eklektik (memanfaatkan / merangkum semua teori apapun dengan tujuan untuk memanusiakan manusia). Tujuan pendidik yang utama adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya. Teori belajar humanistik sifatnya abstrak dan lebih mendekaji kajian filsafat. Teori ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep. Dalam teori ini ada dua bagian penting dalam proses belajar, yaitu proses pemerolehan informasi baru dan personalisasi informasi pada individu.
Pendekatan humanistik menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu, metode pembelajaran humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan siswa. Guru, oleh karenanya, disarankan untuk menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran.

B.       Tokoh-Tokoh dalam Teori Humanistik
 Tokoh penting dalam teori humanistik :
1.    Arthur Combs (1912-1999)
     Bersama Donald Snyg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna/arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Sehingga guru tidak dapat memaksakan kehendak materi yang tidak disukai/ tidak relevan pada anak. Yang terpenting adalah bagaimana membawa siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya (Gayne dan Briggs). Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain.
     Combs memberikan gambaran presepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat satu. Lingkaran kecil adalah gambaran dari presepsi diri dan lingkaran besar adalah presepsi dunia. Jadi, hal-hal yang mempunyai hubungan sedikit dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
2.    Maslow
     Menurut Maslow ada dua hal yang terdapat di dalam diri idividu, yaitu suatu usaha yang positif untuk berkembang dan kekuatan untuk melawan atau menolak hambatan untuk berkembang. Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi 7 hirarki. Apabila sudah terpenuhi kebutuhan manusia yang dasar (pertama), maka akan menginginkan kebutuhan yang lebih lagi. Maslow berpendapat bila perhatian dan motivasi belajar tidak mungkin berkembang jika kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.
3.    Carl Rogers
     Carl Rogers lahir 8 jamuari 1902 di oak park, Illinois chikago. Sebagai anak keempat dari enam bersaudara semula rogers menekuni bidang agama tetapi akhirnya beralih ke bidang psikologi. Ia mempelajari psikoligi klinis di universitas Colombia dan mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931. Sebelimnya ia telah merintis kerja klinis di Rochester society untuk mencegah kekerasan pada anak.  Gelar prosor di terima di ohio state  1940. Tahun 1942, ia menulis buku pertamanya, konteling and psychotherapy dan secara bertahap mengembangakn konsep client- centered therapy. Rogers membedakan dua tipe belajar yaitu,
a.    Kognitif (kebermaknaan)
b.    Experiential (pengaalaman dan signifikasnsi)
                             Guru menghubungkan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti mempelajari mesin denagn tujuan memperbaiki mobil. Experiential learning pada kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar Experiential learning mencakup:
a.    Keterlibatan sisiwa secara personal
b.    Berinisiatif
c.    Evaluasi oleh siswa sendiri
d.   Adanya efek yang membekas pada siswa
                             Menurut rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentngnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
a.    Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yag wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
b.    Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan.
c.    Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan  bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
d.   Belaajr yang bermaksud pada manusia modern berarti belajar tentang proses.
                             Dalam bukunya freedom to learn, ia menunjukan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya adalah:
a.    Manusia itu mempuyai kemampuan belajar alamiah
b.    Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c.    Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggab mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d.   Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e.    Apabila ancaman terhadap diri sendiri rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f.      Belajar yang bermakna diperoleh sisiwa dengan melakukanya.
g.    Belajar diperlancar bilamana sisiwa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar itu.
h.    Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan atau intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
i.      Kepercayaan terhdap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedu ayang penting.
j.      Belajar yang paling berguna secara social di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuanya kedalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
                             Salah satu model pendidikan terbukan mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif, yang di kembangkan rogers diteliti oelh Aspy dan Roebuck(1975) mereka meneliti kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung yaitu empati, pengahrgaan, dan umpan balik positif. Cirri-ciri guru yang fasiltatif adalah:
a.    Merespon perasaan sisiwa
b.    Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
c.    Berdalog dan berdiskusi dengan siswa
d.   Menghargai siswa
e.    Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
f.     Menyesuaikan isi kerangkan berpikir siswa (penjelasan untuk memantapkan kebutuhan segera dari siswa)
g.    Tersenyum pada siswa
                             Dari penelitian tersebut diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah,serta sisiwa-siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berfikir yang lebih tinggi.

C.      Implikasi Teori Belajar Humanistik
Menurut teori ini Guru berperan sebagai fasilitator. Maksudnya adalah guru berperan untuk memberi kemudahan belajar. Hal ini meliputi :
1.    Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2.    Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3.    Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4.    Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5.    Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6.    Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7.    Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
8.    Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
9.    Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
10.     Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

D.  Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Menurut teori humanistik mempercayai bahwa diri (self) merupakan individu yang positif. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1.      Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2.      Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
3.      Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
4.      Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
5.      Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
6.      Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7.      Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8.      Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
E.  Tujuan Teori Humanistik
Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu sisiswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka. para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah:
1.      Proses pemerolehan informasi baru
2.      Personalisasi informasi pada individu
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnnya dilalui adalah:
1.      Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2.      Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat: jelas, jujur dan positif
3.      Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
4.      Mendorong siswa untuk peka, berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
5.      Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan
6.      Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya
7.      Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8.      Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.
Pembelajaran berdasarkan teori ini cocok untuk diterapkan untuk materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang, bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani dan tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku.



BAB III
PENUTUP

Menurut teori belajar humanistik tujuan belajar adalah memanusiakan manusia. Memanusiakan manusia, yakni untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal. Dal hal ini, teori humanistik bersifat eklektik (memanfaatkan / merangkum semua teori apapun dengan tujuan untuk memanusiakan manusia). Tujuan pendidik yang utama adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya. Teori belajar humanistik sifatnya abstrak dan lebih mendekaji kajian filsafat. Teori ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep. Dalam teori ini ada dua bagian penting dalam proses belajar, yaitu proses pemerolehan informasi baru dan personalisasi informasi pada individu.
Tokoh penting dalam teori humanistik :
1.    Arthur Combs (1912-1999)
2.    Maslow
3.    Carl Rogers
                 Menurut teori ini Guru berperan sebagai fasilitator. Maksudnya adalah guru berperan untuk memberi kemudahan belajar.
     Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
     Kesimpulan yang dapat kami tarik dari pembahasan di atas adalah bahwa teori humanistik lebih menekankan pada tujuan memanusiakan manusia. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari bagaimana siswa dapat memaknai apa yang ia miliki dan ia dapatkan.
           


Tidak ada komentar: