Pembelajaran
seni, budaya dan keterampilan bagi ABK lebih difokuskan pada pembelajaran
keterampilan kematangan menolong diri atau keterampilan hidup sehari-hari dan
akademik fungsional. Keterampilan bagi ABK berupa keterampilan binadiri,
keterampilan yang sesuai dengan bakat dan minat anak dan bersifat vocasional,
keterampilan fungsional, kecakapan hidup, keterampilan sosial, dan keteramilan
berkarya atau olah karya. Pembelajaran DSBK bagi ABK juga harus memperhatikan
aspek kognitif, afektif dan psikomotor, dimana jika berkembang anak akan
memiliki kemampuan dalam mengolah fungsi pikir, sehingga guru harus pandai
dalam memodifikasi kurikulum sesuai dengan kondisi anak.
Keterampilan
bagi ABK erat kaitannya dengan life skill. Life skill merupakan kecakapan yang
harus dimiliki oleh setiap individu untuk mencapai kemandirian hidup,
dikembangkan melalui pembiasaan dan membuat individu dapat mencapai
keberhasilan hidup. Konsep life skill dalam sistem persekolahan meliputi
kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan
vokasional. Keterampilan hidup dimulai sejak bayi, usia anak, pra-remaja,
remaja, pasca remaja dan lansia.
Hal
yang membedakan antara anak normal dengan ABK berupa kemampuannya, orientasi
kebutuhan, dan kemandirian. Hal ini terjadi karena manusia hidup untuk melayani
dirinya sendiri dan juga untuk melayani orang lain. pembelajaran ABK harus
mengembangkan pengetahuan yang komprehensif untuk kehidupan, terampil
menerapkan pengalaman belajar dalam kehidupan nyata, serta mampu bersikap yang
mencerminkan tata aturan kehidupan bermasyarakat sesuai dengan kemampuannya. Pembelajaran
keterampilan ABK juga harus memperhatikan dua faktor antara lain potensi yang
dimiliki anak, kemampuan anak sesuai dengan kondisinya, yang keduanya dapat
diketahui setelah melakukan asesmen. Asesmen ini dilakukan dengan memperhatikan
kecerdasan anak, keadaan sensomotorik anak, bakat dan minat anak. Kebutuhan
pembelajaran ABK berdasarkan pengalaman konkret, pengalaman memadukan dan
kebutuhan akan berbuat dan bekerja dalam belajar. Selain itu, perlu diketahui
bahwa dalam pembelajaran DSBK, anak memiliki keterbatasan dalam konsep dan
keanekaragaman pengalaman baru, keterbatasan dalam interaksi dengan lingkungan,
keterbatasan mobilitas dan keterbatasan dalam memproses informasi.
2. Analisa Tugas
Dalam
pembelajaran keterampilan ABK, perlu adanya analisis tugas untuk mempermudah
anak memahami serta melakukan keterampilan sesuai tahapannya. Analisa tugas
merupakan langkah-langkah menyelesaikan kegiatan secara rinci. Merupakan proses
menganalisis dan menggambarkan bagaimana manusia melaksanakan tugas dengan
dapat mempertanggungjawabkan atas pekerjaannya, dpat menjelaskan apa saja yang
dilakukan serta peralatan-peralatan yang digunakan serta hal-hal yang perlu
diketahui dalam suatu analisis. Analisis tugas haruslah sistematis, prosedural,
rinci praktis dan spesifik. Analisis tugas dimulai dari yang sederhana, mudah
dan tidak membahayakan. Langkah dalam membuat analisis kerja dimulai dari
menentukan tujua keterampilan, membuat analisa tugas, membuat evaluasi,
menentukan tujuan yang lebih spesifik, dan mengatuf strategi.
3. Strategi Pembelajaran Keterampilan
Strategi dalam pembelajaran keterampilan pada ABK
pertama, haruslah merupakan kegiatan dan bahan ajar yang menyatu dengan anak,
materi juga merupakan hal-hal yang dimiliki anak dan dikembangkan melalui
belajar. Kedua, hand of experiences atau siswa melakukan sendiri dengan
tangannya dengan kaa lain anak melakukan secara langsung dengan metode praktik.
Ketiga, penetapan bahan ajar. SD kelas bawah hanya merupakan tahap
pengenalan,SD kelas atas berupa keterampilan dasar untuk melatih proses dan
menghasilkan karya sederhana. Sekolah menengah mengarah pada keterampilan pra
vokasional, serta pada tingkat pasca sekolah tingkat latihan berada di tingkat
terampil dan mahir. Keempat, pendekatan pembelajaran berupa pendekatan
pembelajaran keterampilan terpadu, dan pendekatan proses. Kelima, asas
pembelajaran yang menyangkut motivasi, potensi, suasana dan pengelolaan kelas.
Selain itu, perlunya skenario dalam pembelajaran keterampilan. Skenario pembelajaran
menurut Affandi (2002) menetapkan empat langkah yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan pengkajian, kegiatan penetapan, kegiatan pemantapan hasil belajar, dan
tahap evaluasi kemajuan belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar