1.
Karakteristik
intelektual/kognitif
a.
Kuantitas
informasi yang luar biasa
b.
Pemahaman
pada tingkat lanjut
c.
Minat
dan keinginantahuan sangat bervariasi
d.
Tingkat
perkembangan bahasanya tinggi
e.
Tingkat
kemampuan verbalnya tinggi
f.
Kapasitas
memproses informasi luar biasa
g.
Kecepatan
yang tinggi dalam proses berpikir
h.
Proses
berpikir yang fleksibel
i.
Kemampuan
sintesa yang komprehensif
j.
Kemampuan
yang dini untuk menunda wacana
k.
Kapasitas
yang tinggi untuk melihat hubungan yang luar biasa dan bervariasi
l.
Kemampuan
untuk menghasilkan ide dan solusi yang orisinil
m.
Pola
yang berbeda lebih awal untuk proses berpikir (misalnya:
n.
berpikir
dalam alternatif, membuat generalisasi)
o.
Kemampuan
dini untuk menggunakan dan membentuk kerangka konseptual
p.
Memiliki
suatu pendekatan evaluatif terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
q.
Persisten,
perilaku diarahkan oleh tujuan
2.
Karakteristik
afektif (perasaan)
a.
Akumulasi
informasi yang besar tentang emosi yang belum dibawa ke dalam kesadaran
b.
Sensitivitas
yang luar biasa terhadap harapan dan perasaan terhadap orang lain
c.
Rasa
humor yang tinggi
d.
Kesadaran
diri yang tinggi yang dibarengi oleh rasa berbeda dengan orang lain.
e.
Idealisme
dan rasa keadilan, yang muncul pada usia dini.
f.
Perkembangan
dini inner locus of control dan kepuasan
g.
Kedalaman
dan intensitas emosi yang luar biasa
h.
Harapan
yang tinggi terhadap diri sendiri dan orang lain, sering mengarahkan kepada
tingkat frustasi yang tinggi dengan dirinya sendiri, orang lain, dan situasi.
i.
Perfeksionisme
j.
Kebutuhan
yang kuat untuk konsistensi antara nilai yang abstrak dan tindakan pribadi
k.
Tingkat
pertimbangan moral yang tinggi.
3.
Karakteristik
fisik
a.
Kuantitas
input yang luar biasa dari lingkungan melalui kesadaran sensosoris yang tinggi
b.
Kesenjangan
yang luar biasa antara perkembangan fisik dan intelektual
c.
Toleransi
yang rendah terhadap kesenjangan antara standar- standar dan keterampilan
atletik
d.
“Cartesian
split” – dapat mencakup penolakan makhluk fisik dan penolakan terhadap kegiatan
fisik
4.
Karakteristik
intuisi
a.
Keterlibatan
dan kepedulian yang dini terhadap pengetahuan intuitif dan ide-ide dan fenomena
metafisik.
b.
Terbuka
terhadap pengalaman di bidang ini (intuisi); akan bereksperimen dengan fenomena
psikis dan metapsikis.
c.
Kreativitas
nampak di semua bidang usaha.
5.
Karakteristik
sosial
a.
Sangat
termotivasi oleh kebutuhan aktualisasi diri.
b.
Kapasitas
kognitif dan afektif yang maju untuk konseptualisasi dan pemecahan masalah
sosial.
c.
Kepemimpinan.
d.
Pemecahan
masalah sosial dan lingkungan.
e.
Keterlibatan
pada meta-needs masyarakat.(e.g. keadilan, keindahan,
kebenaran).
Anak
berbakat cenderung bersifat fleksibel misalnya tidak terikat oleh pemikiran
yang dasar seperti yang dimiliki oleh anak seusianya. Sehingga menimbulkan cartesian split yang membuat anak tidak
mau diakomodasi karena memiliki keberanian dalam melakukan penolakan. Selain
itu, anak berbakat juga memiliki kemampuan evaluatif yaitu dapat mengkoreksi
diri sendiri, kekurangan diri sendiri dan orang lain, dan juga dalam evaluasi anak
berbakat cenderung perfeksionis. Dengan adanya kemampuan yang dimiliki anak
berbakat diatas, perlunya pengendalian emosi dan aktualisasi anak berbakat.
Namun, yang perlu diutamakan adalah pengendalian emosi anak berbakat terlebih
dahulu agar tertata sehingga aktualisasi dalam dirinya akan timbul.
Dari
pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa anak berbakat memiliki
karakteristik positif dan memiliki nilai yang sangat unggul. Anak yang
mempunyai bakat sudah menunjukkan keterampilan sejak dini dan selalu mempunyai
inisiatif untuk maju, sehingga mereka terlihat aktif, agresif, dan selalu mempunyai
ide-ide cemerlang. Anak berbakat akan tampak benar-benar berbeda dengan anak
lainnya yang tidak mempunyai bakat meskipun anak yang tidak berbakat juga
mempunyai ciri yang tidak jauh berbeda dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh anak
yang tidak berbakat. Umumnya, mereka juga mempunyai ciri-ciri yang positif
seperti tampak pada anak yang berbakat. Hanya saja, anak yang berbakat
mempunyai nilai positif yang lebih derajatnya tinggi dibanding anak yang tidak
mempunyai bakat.